Salah satu perubahan yang diprakarsai oleh gerakan mahasiswa terjadi pada tahun 1998, Quipperian. Insiden 1998 ini menunjukkaan adanya peran besar mahasiswa dalam mengawasi kekeliruan yang dilakukan pemerintah. Gerakan ini juga menandakan banyaknya mahasiswa yang mulai memahami peran mereka yang tidak hanya sebagai akademisi, namun juga sebagai pembawa perubahan untuk bangsa. Oleh karena itu, kampus harusnya tidak hanya menjadi tempat belajar untuk mendapatkan gelar sarjana dalam hidupmu, namun juga menjadi wadah untuk mendiskusikan konflik-konflik sosial dan isu-isu politik.
Jika bisa seperti itu, maka kamu mampu menjadi anak muda yang memiliki peran sebagai agent of change. Salah satu mahasiswa yang menaruh perhatian pada peran mahasiswa sebagai aktivis ini adalah Sayed Junaidi Rizaldi, alumni UPN Veteran Jakarta yang sekarang menjadi Ketua DPD Provinsi Riau.
Profil Singkat Sayed Junaidi Rizaldi
Ketertarikan Sayed muda untuk mengkritisi berbagai kekeliruan yang ada di sekitar diwujudkannya pertama kali dengan menjadi wartawan kampus. Di tahun 1993, ia bergabung pada Lembaga Penerbitan Majalah (LPM) Aspirasi. Di majalah kampus inilah Sayed mulai belajar untuk mengaspirasikan kegelisahan-kegelisahan mahasiswa terhadap kekurangan yang dimiliki kampus tempat ia belajar.
Mimpi Sayed cuma satu, yaitu bisa membawa perubahan untuk kampusnya. Agaknya, hal ini jua lah yang menggiring langkah Sayed untuk menjadi politisi. Perubahanlah yang ingin dicapai Sayed, perubahan agar Indonesia memiliki masyarakat yang lebih sejahtera. Perubahan agar Indonesia menjadi negara yang lebih baik.
Sayed lahir dari keluarga sederhana di Dumai. Ia dilahirkan dari pasangan Sayed Abdul Rahman dan Syarifah Rodiah pada hari Kamis, 19 Desember 1974. Saat ini, Sayed telah dikarunia satu orang putra dan satu orang putri. Keluarga kecil Sayed menetap di Dumai. Sementara Sayed sendiri dikenal sebagai seoang politisi yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPD Provinsi Riau.
Keaktifan Sayed dalam dunia organisasi memang sudah terlihat di tahun pertama perkuliahannya. Sayed juga tercatat aktif di Komunitas Pecinta Alam UPN Veteran Jakarta. Selain itu, Sayed adalah orang yang ikut membantu membentuk berdirinya Teater Hijau 51, sebuah UKM Seni yang saat ini banyak diminati mahasiswa UPN Veteran Jakarta. Ketertarikannya pada Sastra juga ditunjukkan Sayed dengan menulis puisi-puisi patriotik yang berbicara tentang ‘perubahan’.
Alhasil, Sayed juga menjadi bagian dari Gerakan Reformasi 1998 yang mewakili aktivis-aktivis UPN Veteran Jakarta untuk membuat perubahan baru yang lebih baik di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Diskusi mahasiwa mengenai Reformasi ini sudah dimulai sejak 1996. Diskusi ini berawal dari kegelisahan mahasiswa akan kehancuran NKRI atas berkuasanya seorang pemimpin negara selama lebih dari 30 tahun. Diskusi-diskusi inilah yang menjadi bagian dari hari-hari Sayed. Hingga akhirnya, Sayed dan beberapa rekan mahasiswa lainnya berhasil membawa isu ini untuk didiskusikan di tingkat Senat.
Sayed dan Peristiwa Mei 1998
Pada tahun 1997, Sayed bersama rekannya dari Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta terlibat dalam diskusi serius mengenai pergerakan mahasiswa di Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ). Di FKMSJ ini, beberapa aktivis yang berasal dari Universitas Indonesia, IKIP Jakarta (saat ini telah berubah nama menjadi Universitas Negeri Jakarta), Universitas Mercubuana, dan Universitas YARSI berdiskusi tentang pergerakan besar yang akan dilakukan mahasiswa untuk melakukan protes pada rezim yang saat itu sedang berkuasa.
Satu bulan setelah pendirian organisasi ini, yaitu pada 17 April 1996, FKPMJ mulai unjuk gigi dengan melakukan aksi demonstrasi untuk menolak kenaikan biaya angkutan umum. Aksi ini dilakukan di Departemen Perhubungan Jakarta. Pada 27 Juli 1996, Sayed dan rekan-rekannya kembali melayangkan protes pada pemerintah yang kemudian berakhir rusuh
Aksi berani para aktivis yang menjadi tempat Sayid bergabung ini kembali ditunjukkan pada peristiwa 27 Juli 1997 untuk melakukan gerakan penolakan pencalonan kembali Bapak (Alm.) Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia. Aksi protes ini terus berlanjut hingga pecahnya peristiwa Mei 1998 yang membuat Presiden kala itu meletakkan tampuk kekuasaan yang telah ia miliki selama 32 tahun. Beberapa mahasiswa yang menjadi aktivis di FKMSJ ini sempat diamankan oleh rezim yang berkuasa. Namun, koordinasi yang solid dari UPN Veteran Jakarta membuat Sayed dan aktivis UPN Veteran Jakarta lainnya tidak terjaring dalam pantauan penguasa.
Pengalaman berharga ketika menjadi aktivis di masa-masa kuliah ini lah yang pada akhirnya membuat Sayed berhasil menjadi politisi. Latar belakangnya yang menginginkan perubahan baik untuk Indonesia membuat Sayed dipercaya menjadi Ketua DPD Riau. Selama menjabat menjadi politisi, Sayed beberapa kali langsung datang ke daerah-daerah kecil di Riau dengan tujuan agar setiap daerah bisa mendapatkan pemerataan dalam segala bidang.
Dengan jabatan yang ia miliki saat ini, Sayed tetap membawa mimpinya ketika masih kuliah, yaitu membawa perubahan untuk Indonesia. Bagi Sayed, jika pertarungan sudah dimulai, maka mundur tidak lah boleh dilakukan karena perjuangan harus selalu dilakukan tanpa peduli kalah atau menang.
Sayed dan Keluarga
Di usianya yang sudah menginjak kepala empat, Sayed menjalani kehidupan yang harmonis dengan keluarga kecilnya. Ia merasa bersyukur karena bisa membangun keluarga kecil dengan sang istri, Setyowati dan kedua anak mereka, Sayed Aqbil Ruhullya Muntazhar dan Syarifah Risya Dara Saqueena.
Kunci keharmonisan yang dipegang Sayed adalah untuk tidak terlalu mempermasalahkan kesalahan di masa lalu, namun lebih fokus agar menjadi lebih baik di masa depan. Melalui blog pribadinya, Sayed berpesan ‘makin hari makin tua usia kita, tapi jarang orang-orang yang mampu belajar dari pengalaman. kebanyakan orang masih saja terperangkap pada masa lalu dan hanyut pada pusaran tersebut. Padahal, ada masa depan yang perlu diperhatikan.’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar