ELVIPS.COM - Ambisi Khubilai Khan menaklukkan berbagai kerajaan tak terhentikan. Namun, di Jawa, dia menemui kegagalan. Penaklukan Dinasti Song pada 1279 oleh tentara Mongol di bawah perintah Khubilai Khan membuat seluruh Tiongkok tunduk di bawah bendera Dinasti Yuan. Mungkin itu menjadi kesuksesan militer terbesar, sekaligus terakhir bagi Kekaisaran Mongol.
Kendati demikian, hal itu masih selangkah lagi menuju ambisi utama Khubilai Khan, yaitu membuat dunia mengakui kejayaannya. “Tak ada alasan khusus kenapa harus menaklukkan suatu negara. Ia hanya harus melakukannya,” kata sejarwan Inggris, John Man dalam Kublai Khan.
Khubilai Khan bukannya jenius secara intelektual. Tapi dia punya kemampuan, yang menurut John Man, sebagai CEO terbaik sepanjang masa. Dia mewarisi kemampuan mengorganisir dari kakeknya, Jenghis Khan. Ketika kakaknya, Mongke Khan berkuasa, dia dikirim ke selatan untuk menundukkan kerajaan Nan Chao di Yunan. Pada 1253 dia berhasil menguasai seluruh dataran tinggi Yunan sampai Hanoi.
Setelahnya, Khubilai Khan menghajar wilayah utara di mana pusat pemerintahan Dinasti Sung berada. Pada 1259, dia menyeberangi Sungai Yang Tse untuk kemudian menyerang Wu Tsyang. Di tengah ekspedisinya itu, Mongke Khan, Khan ke-4, wafat. Dia mengajukan gencatan senjata dan kembali pulang untuk ikut pemilihan Khan menggantikan kakaknya. Namun, dia takut tak dipilih. Akhirnya, dia memerintahkan para jenderalnya untuk mengangkatnya sebagai Khan di perbatasan Tiongkok-Mongolia.
“Orang-orang Mongolia banyak yang tak suka kepadanya. Sikap dan tindak tanduk Khubilai sudah setengah Cina,” tulis Slamet Muljana dalam Menuju Puncak Kemegahan.
Setelah menjadi Khan pada 1260, dia melanjutkan ambisinya. Dia merebut kota Hu pei, Syiang-yang, dan Fan syeng; mengepung kota Hang tsju; dan menghajar pengikut Dinasti Sung yang masih bertahan di Kanton. Raja mahkotanya melarikan diri ke lautan. Namun, pada 1275, armadanya berhasil dihancurkan. Dengan begitu, patahlah seluruh kekuatan Tiongkok. Dia memindahkan ibukota Mongolia ke Beijing. Dinastinya dia namai Yuan.
Praktis sejak kekuasaan Jenghis Khan, kekaisaran Mongolia memperluas daerah jajahannya ke barat sampai Eropa. Seluruh daratan Asia dikuasai. Ini pun mengakibatkan kekuasaan mutlak atas lautan. Akibatnya, kapal-kapal dagang Tiongkok menguasai perniagaan laut dari Tiongkok hingga Arabia.
John Man memuji sang kaisar sebagai orang yang pandai menilai karakter. Seperti kakeknya, dia mempekerjakan orang-orang yang dia anggap lebih pandai darinya.
Dia tak ragu menempatkan orang-orang di sekelilingnya dari asal-usul yang berbeda. Pedagang muslim misalnya, diangkat sebagai administrator keuangan. Dia juga mempekerjakan 66 orang Uighur. Dua puluh satu di antaranya menjadi pejabat daerah yang menduduki distrik-distrik di Cina. Sementara beberapa lainnya bertugas mengajar para pangeran keluarga kerajaan.
Namun, kata John Man, petualangan berikutnya, seperti di Jepang, Burma, Vietnam, dan Jawa justru menunjukkan betapa ambisinya itu bisa menjadi sia-sia. Ekspedisi ke negara-negara itu setidaknya memberikannya pelajaran bahwa dia telah mencapai batasnya.
“Tapi dia menolak belajar,” tulis John Man.
Kegagalan
Sejak mendirikan Dinasti Yuan, Khubilai Khan mulai menebar kekuasannya dengan menuntut bakti dari negara-negara yang sebelumnya sudah mengakui kekuasaan kaisar-kaisar Dinasti Sung. Jika menolak, mereka akan diserbu dengan prajurit bersenjata.
Setelah sempat menginvasi Dinasti Goryeo di Korea pada 1260, dinasti itu akhirnya total menjadi bawahan Yuan pada 1273. Khubilai Khan menjadikannya pangkalan militer. Pasukan Korea pun ikut membantu ekspansi Mongol ke berbagai negara di Asia.
Setelah Korea, Khubilai Khan dua kali berusaha menyerang Jepang. Sebelumnya, dia sempat menyuruh utusannya membawakan perintah agar Jepang sudi mengakui kekuasaan Mongol dan mengirim upeti. Namun, kaisar Jepang menolak mentah-mentah.
Sejarawan Queens College dan Columbia University, Morris Rossabi dalam Khubilai Khan: His Life and Times menulis, di satu sisi, keputusannya untuk memulai hubungan dengan kekaisaran Jepang juga untuk mendapatkan nilai baik di mata bangsa Tiongkok.
Namun, penolakan Jepang membuatnya untuk pertama kali terlibat dalam pertarungan laut. “Meski dia tak berniat (awalnya, red) melakukan perang angkatan laut, inisiatifnya terhadap Jepang membawanya pada keputusan yang mengerikan,” tulis Rossabi.
Benar saja, kedua upaya tersebut digagalkan oleh cuaca buruk dan cacat dalam desain kapal. Armada mereka hancur. Upaya pertama pada 1274, dengan armada 900 kapal, yang terdiri dari tentara Korea dan Mongolia. Masih tak menyerah, pada 1281, Khubilai Khan memilih menggunakan banyak pelaut Tionghoa yang lebih berpengalaman. Namun, lagi-lagi kandas akibat serangan topan.
Ekspedisi ke daerah lain lebih berhasil, seperti Annam, Kamboja, dan Champa. Mereka memilih mengirim upeti dan mengaku tunduk pada Khubilai Khan. Namun, dia tak puas sampai di situ.
Menurut Slamet Mujana dia malah meminta lebih dengan menyuruh raja-raja di negara itu datang sendiri menghadap sang kaisar. Tentu ini tak selalu direspons sesuai keinginannya. Oleh karena itu, antara 1280-1287, dia mengirim tentaranya ke Annam, Kamboja, dan Birma. “Meski tentara berkuda Mongolia terkenal hebat, angkatan daratnya ulung, namun dalam ekspedisi kali ini mereka tidak berhasil karena tidak tahan akan panasnya udara,” tulis Slamet Muljana.
Jawa tak luput dari incaran Mongol. Pada 1280, 1281, 1286, Khubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari untuk meminta sang raja mengakui kekuasannya. “Raja Kertanegara yang sadar akan keagungannya dan kekuasannya tidak sudi menyerah,” tulis Slamet Muljana.
Utusan Mongol terakhir datang pada 1289. Namun, mukanya justru dirusak. Akibatnya, angkatan perang Mongol berlayar menuju Jawa pada 1292. Mereka dipimpin oleh Shi Bi, Ike Mese, dan Gao Xing. Dua nama pertama orang Mongol, yang ketiga Tionghoa.
“Ketika Kaisar Shizu (Khubilai) menaklukkan orang-orang barbar di keempat penjuru dunia dan mengirimkan para perwira ke berbagai negara di seberang lautan, Jawa adalah satu-satunya negara yang harus diserang dengan sebuah angkatan perang,” tulis catatan Sejarah Dinasti Yuan.
Dari berita Cina, tentara Mongol sampai ke Majapahit pada 1 Maret 1293. Sebelumnya, mereka mendarat di Tuban, mendirikan perkemahan di tepi Sungai Brantas. Ike Mese mengirim tiga orang perwiranya ke perkampungan baru Majapahit untuk menyampaikan pesan agar Raden Wijaya tunduk dan mengakui kekuasaan Khubilai Khan.
Raden Wijaya akan tunduk kalau Mongol membantunya melawan Jayakatwang dari Gelang-Gelang yang telah membunuh Raja Kertanegara dan menghancurkan Singhasari. Itulah kenapa Raden Wijaya menyingkir ke Majapahit.
Puncaknya, pada 20 Maret 1293, tentara gabungan Raden Wijaya dan Mongol mengepung Jayakatwang. Mereka kocar-kacir dan terjun ke Sungai Brantas. Lebih dari 5.000 pasukan mati terbunuh. Jayakatwang mundur ke istana bersama pengikutnya. Namun, dia berhasil dikepung. Sorenya, dia pun menyerah.
Setelah kemenangan itu, Raden Wijaya minta izin pulang ke Majapahit. Dia beralasan ingin menyiapkan upeti bagi kaisar. Dia pulang dengan dikawal dua perwira dan 200 prajurit. Yang terjadi berikutnya tak pernah diduga tentara Mongol. Raden Wijaya justru berbalik menyerang prajurit Mongol yang mengiringinya. Dia juga menyerang tentara Mongol yang berkemah di Daha dan Canggu yang tengah berpesta merayakan kemenangan. Mereka mundur ke laut dalam kejaran pasukan Majapahit.
Lagi-lagi, iklim Asia Tenggara rupanya tak pernah bersahabat bagi tentara Mongol. Setelah berhasil menyapu bersih tentara Jayakatwang, mereka tak kuasa bertahan menghadapi pasukan Raden Wijaya. Mereka hanya mampu tinggal selama empat bulan di Jawa. “Pada hakikatnya terik matahari daerah khatulistiwa yang mendorong Raden Wijaya mengusir tentara Tartar dari Jawa,” tulis Slamet Muljana.
Mongol kehilangan 3.000 prajurit. Panglimanya, Shin Bi dan Iki Mese dihukum mati. Mereka gagal menunaikan tugas. Sisanya kembali ke Tiongkok pada 24 April 1293. Dua tahun setelah Kertanegara dihabisi Jayakatwang, Khubilai Khan wafat pada 18 Februari 1294. Ambisinya akhirnya tak melulu terpenuhi. Kedati demikian, pasukan Mongol tak pulang dengan tangan kosong. Mereka membawa lebih dari 100 tawanan, peta, daftar penduduk, surat bertulis dari Bali, dan barang lainnya yang bernilai sekira 500 ribu tail perak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar