ELVIPS.COM - Fethullah Gulen, ulama oposisi Turki yang dituduh Pemerintah Presiden Tayyip Erdogan sebagai dalang upaya kudeta militer di Turki kini menuduh balik Erdogan dan partai politiknya telah merekayasa kudeta gagal tersebut.
Erdogan Dituduh Balik Merekayasa Kudeta Gagal di Turki (SindoNews)
Gulen yang tinggal di pengasingan di Pennsylvania, Amerika Serikat (AS), menuduh Erdogan meluncurkan bendera operasi palsu dengan merekayasa kudeta. Gulen bahkan membandingkan Erdogan dengan Adolf Hitler karena upaya kudeta itu menewaskan 265 orang.
”Ada kemungkinan bahwa hal itu bisa menjadi kudeta yang direkayasa oleh Partai AKP-Erdogan, dan itu bisa dimaksudkan untuk tuduhan lanjut terhadap Gulenists dan militer,” kata Gulen kepada wartawan hari Sabtu waktu AS.
Gulen yang jadi pemimpin gerakan rakyat Hizmet dulunya adalah teman atau sekutu politik Erdogan. Namun, sejak belasan tahun lalu Gulen jadi musuh politik Erdogan dan meninggalkan Turki.
Gulen memegang Green Card AS tetapi dia bukan warga negara Amerika. Dia tidak peduli jika Pemerintah AS mendeportasi dirinya, setelah Erdogan meminta Obama untuk menangkap dirinya dan dipulangkan ke Turki.
”Saya tidak percaya bahwa dunia membutuhkan tuduhan yang dibuat oleh Presiden Erdogan terhadap saya secara serius,” ujar ulama berusia 75 tahun itu, seperti dikutipRussia Today, Minggu (17/7/2016). Gulen sendiri mengutuk upaya kudeta militer di Turki.
”Hal ini sangat jelas bahwa ada intoleransi di antara pimpinan partai yang berkuasa dan presiden. Mereka telah menyita properti dan organisasi media, merusak pintu dan melecehkan orang dengan cara yang sama seperti pasukan SS Hitler,” lanjut Gulen, yang berbicara melalui seorang penerjemah.
Teori konspirasi bahwa kudeta gagal di Turki merupakan rekayasa Erdogan juga disuarakan wartawan Politico, Ryan Heath dengan mengutip sumber terkait di Turki.
Tuduhan itu langsung memicu kegemparan di media sosial Twitter dengan munculnyahastag #TheaterNotCoup. Menurut Ryan Heath, sumbernya di Turki percaya bahwa seluruh bencana pada Jumat malam hingga Sabtu kemarin adalah rekayasa dengan beberapa kejanggalan.
Di antaranya, lanjut Heath, fakta bahwa Pemerintah Erdogan mampu berkomunikasi dengan semua orang di Turki melalui pesan SMS dan bahwa Erdogan akan mampu untuk “membersihkan” militer dari sekularis dan menginstal garis keras Islam di kedua lembaga peradilan dan angkatan bersenjata.
Meski demikian, tidak sedikit warga Turki meragukan teori konspirasi ini. Terlebih, saat upaya kudeta berlangsung Presiden Erdogan sedang berlibur.
Dugaan kudeta Turki hanya rekayasa kian menguat (Merdeka)
Pejabat komisioner Uni Eropa yang mengevaluasi keanggotaan Turki, Johannes Hahn hari ini mengatakan ribuan hakim dan pejabat militer yang ditangkap oleh rezim Recep Tayyip Erdogan mengindikasikan pemerintah telah mempunyai daftar nama-nama sebelum kudeta terjadi.
Setelah kudeta militer yang gagal pada Jumat lalu, pemerintah Turki menangkapi hampir 3.000 personel militer dari mulai pejabat setingkat jenderal, kolonel, hingga serdadu berpangkat rendah. Demikian pula dengan ribuan hakim dan jaksa.
"Ini seperti sesuatu yang sudah disiapkan. Daftar nama itu sudah ada, artinya ini sudah disiapkan dan akan digunakan pada saat tertentu," ujar Hahn, seperti dilansir kantor beritaReuters, Senin (18/7).
"Saya sangat khawatir. Ini persis seperti apa yang kita takutkan."
Kekhawatiran Hahn ini mirip tudingan Fethullah Gulen, ulama yang dituduh otak di balik kudeta. Dia menyebut kudeta itu dilakukan oleh Erdogan sendiri.
Dalam wawancara dengan sejumlah wartawan di Saylorsburg, Pennsylvania, Amerika Serikat, tempat dia 16 tahun mengasingkan diri, Gulen menyangkal dia dalang kudeta.
"Saya tidak percaya dunia percaya tuduhan Presiden Erdogan," kata dia, seperti dilansir koran the Guardian, Ahad (17/7). "Ada kemungkinan kudeta itu direncanakan pemerintah untuk memperkuat tuduhan (terhadap Gulen dan pendukungnya).
Sejumlah pengamat menilai dengan gagalnya kudeta maka Erdogan akan menjadi semakin kuat dan berpotensi menjadi makin otoriter. Lawan-lawan politiknya menganggap Erdogan selama ini ingin memperkuat kekuasaannya dan pengaruh Islam di negara sekuler macam Turki.
ERDOGAN MENGKUDETA DIRINYA SENDIRI, KUDETA "PALSU" TURKI AKAN JADI BUMERANG BAGI ERDOGAN
Sungguh menyakitkan ketika kemarin saya baca di media The Independent bahwa para Tentara yang melakukan “kudeta” militer kemarin ternyata tidak menyadari bahwa mereka adalah bagian dari aksi kudeta. Dari hasil interogasi terungkap keterangan bahwa mereka tidak menahu dengan kudeta. Yang mereka tahu bahwa mereka hanya diperintahkan para komandannya untuk melakukan “manuver militer” di perkotaan sebagai bagian dari latihan. Apa yang anda pelajari dari pengakuan ini?
Melihat fakta ini rasanya sangat menyakitkan bahwa keluguan para tentara muda berpangkat rendah yang tidak tahu menahu soal politik ini sedang dimanfaatkan sebagai bidak-bidak catur untuk melakukan “kudeta” sporadis tak terkonsolidasi oleh kalangan elite yang coba menaikkan popularitas seorang penguasa guna memberinya alasan untuk melakukan pembersihan terhadap faksi-faksi militer yang tak sejalan dengannya.
Operasi false flag, ya sejauh ini saya sudah 75% percaya bahwa ini adalah operasi false flag seperti yang dilakukan Adolf Hitler pada era 1940-an. Mungkin anda berpikir operasi tipu-tipu kok sampai menghancurkan gedung Parlemen sendiri dan menewaskan ratusan orang? Kalau anda lihat sejarahnya Hitler juga dulu menghancurkan gedung Parlemennya sendiri, bahkan tragedi WTC yang terindikasi kuat false flag pun dilakukan walau menjadikan ribuan nyawa warganya sebagai tumbal.
Ya, Semua demi pretext untuk aksi yang lebih besar. Jika USA dulu melakukan false flag demi alasan untuk menginvasi Timur Tengah, maka tidak mustahil Turki hari ini melakukannya sebagai alasan untuk menaikkan reputasi Erdogan yang redup di dalam negerinya sendiri, sebagaimana yang disampaikan jurnalis senior Turki Selim Caglayan semalam di TV One bahwa reputasi Erdogan di dalam negeri itu redup karena kasus korupsi, isu kemitraan bisnis dengan ISIS, pembredelan pers, sampai isu Ijazah palsu yang menimpanya. Belum lagi tentang pemulihan hubungan rezimnya dengan Israel dan politik kotornya di Suriah. Walau belum sampai pada kesimpulan akhir, indikasi ini memang sangat kuat.
Ya, jika memang kudeta kemarin hanyalah “false flag” dari rezimnya, setidaknya itu sudah berhasil karena sejak kejadian itu popularitas Erdogan melonjak, permainan “playing victim” yang dilakukannya sukses mendatangkan simpati padanya, simpati dari negara-negara luar pun berdatangan.
Obama langsung melakukan pernyataan pers mengutuk kudeta dan mengajak seluruh pihak di Turki untuk bersatu mendukung Erdogan, bahkan dua kekuatan regional yang saling berseteru yaitu Israel dan Iran menyampaikan penolakan yang sama pada aksi kudeta kemarin. Termasuk tokoh oposisi Erdogan seperti Fethullah Gulen yang ia tuduh mendalangi kudeta tersebut juga turut mengecam aksi kudeta sporadis itu. Tujuan skenario “kudeta” tampaknya sukses. Dan satu lagi, ia sekarang punya alasan kuat untuk bersikap tangan besi dengan melakukan pembersihan besar-besaran pada seluruh stakeholder di Turki yang berseberangan darinya. Dan sekarang tidak ada yang mampu menghentikannya untuk mendapatkan lebih banyak power di negara prakarsa Mustafa Kemal Ataturk tersebut, selain Tuhan.
Saya masih teringat dulu saat Erdogan terpilih pada pemilu 2014 kemarin dengan perolehan suara 52% ia langsung berpidato, “Saya tidak hanya akan menjadi Presiden bagi 52% pemilih saya, tapi saya akan menjadi Presiden bagi seluruh 77 juta rakyat Turki.” Dan kita lihat hari ini ternyata semua itu tak lebih dari sekedar ungkapan pencitraan. Dalam beberapa bulan saja Erdogan telah melakukan “pembersihan” terhadap para oposisinya, 2000 warga telah ditangkap karena dianggap menghina dirinya baik itu yang sekedar membuat status kritik di medsos sampai yang membuat meme lucu-lucuan menyamakannya dengan Gollum. Dan hasil tangkapan besar di “kudeta” kemarin, ia menjebloskan 2.893 Tentara yang dituduh terlibat kudeta dan memburu 2.745 hakim di seluruh Turki yang tak berpihak pada Rezimnya. Inilah perang sipil yang sebenarnya, dan ini belum akan berakhir.
Sangat demokratis bukan? Jangan lupa semua yang ia bersihkan itu adalah warga Turki asli. Jangan anda bandingkan dengan Presiden Suriah Bashar al Assad yang memerangi puluhan ribu pemberontak yang mayoritasnya militan asing yang “berjihad” di Suriah dengan disponsori dan dipersenjatai negara-negara Barat dan Teluk. Sekarang perhatikan, walau hanya menghadapi jumlah pemberontakan yang jauh lebih sedikit dan jauh lebih lemah dibanding para misionaris yang melawan Assad, Erdogan sudah melakukan pembersihan besar-besaran kepada para oposisinya yang notabene warganya sendiri dengan membabi-buta.
Kudeta militer “jadi-jadian” telah gagal, namun jika Erdogan merespon moment bersejarah ini dengan cara yang salah, jangan kaget bila ini justru akan menghasilkan kudeta demokratis yang sebenarnya dalam waktu dekat.
Jangan lupakan juga fakta bahwa Erdogan pada pemilu 2014 kemarin hanya meraih 52% suara. Artinya suara rakyat tidak mutlak memilihnya, ada hampir setengah Turki yang tidak menjatuhkan pilihan padanya. Beda dengan Assad di Suriah yang meraih suara mutlak 88.7% suara rakyat. Bila ia terus bertangan besi dan bermain kotor di kawasan, jangan salahkan bila kemenangannya yang sedikit itu tak akan banyak menolong.
~Ahmed Zainul Muttaqin~
manhajsalafidotcom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar