ELVIPS.COM - Wartawan terkemuka Turki, Alptekin Dursunoglu curiga mengapa Amerika Serikat (AS) dan koalisinya tidak membom deposit minyak yang dikendalikan ISIS di Suriah. Padahal, penjualan minyak mentah secara ilegal menjadi salah satu sumber uang utama ISIS.
Selain dari minyak, kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) meraup dana besar melalui perdagangan organ sandera yang dieksekusi, penculikan, penjualan narkoba, penjualan perempuan dan penjualan artefak jarahan.
Kecurigaan wartawan Turki itu disampaikan dalam wawancara dengan Sputnik, yang dilansir Sabtu (31/10/2015). Menurutnya, ada laporan bahwa ISIS menjual minyak mentah secara ilegal melalui Turki. Namun, lokasinya belum bisa dikonfirmasi. (Baca: Mantan Pejabat CIA Duga ISIS Jual Minyak Ilegal via Turki)
Dursunoglu mengatakan, fakta bahwa serangan udara koalisi yang dipimpin AS selama ini tidak pernah menargetkan ladang minyak di Suriah yang dikendalikan ISIS.
”Fakta ini benar-benar membuat (saya) heran, mengingat bahwa salah satu langkah dari rencana (Presiden Barack) Obama untuk melawan ISIS adalah penghancuran sumber pendapatan ISIS,” kata Dursunoglu.
Untuk menemukan jawabannya, kata dia, perlu untuk membedakan pejabat AS dan sekutu-sekutunya yang tidak memerintahkan untuk membom ladang minyak ISIS. Wartawan Turki itu bertanya-tanya, drone AS gagal melacak konvoi ISIS berskala besar yang membawa ribuan tangki minyak.
Dursunoglu melanjutkan, bahwa pengiriman minyak bukan satu-satunya sumber pendapatan bagi ISIS, sebab ISIS semula bagian dari al-Qaeda sejak 2012, di mana kelompok itu teah menguasai sejumlah ladang minyak.
”Organisasi terpadu ini sengaja menghindari kelompok yang bernama al-Qaeda. Organisasi ini mendapat pangsa besar uang yang disampaikan oleh negara-negara Teluk dan Turki dengan dalih membantu oposisi Suriah,” kata Dursunoglu.
Selain dari minyak, kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) meraup dana besar melalui perdagangan organ sandera yang dieksekusi, penculikan, penjualan narkoba, penjualan perempuan dan penjualan artefak jarahan.
Kecurigaan wartawan Turki itu disampaikan dalam wawancara dengan Sputnik, yang dilansir Sabtu (31/10/2015). Menurutnya, ada laporan bahwa ISIS menjual minyak mentah secara ilegal melalui Turki. Namun, lokasinya belum bisa dikonfirmasi. (Baca: Mantan Pejabat CIA Duga ISIS Jual Minyak Ilegal via Turki)
Dursunoglu mengatakan, fakta bahwa serangan udara koalisi yang dipimpin AS selama ini tidak pernah menargetkan ladang minyak di Suriah yang dikendalikan ISIS.
”Fakta ini benar-benar membuat (saya) heran, mengingat bahwa salah satu langkah dari rencana (Presiden Barack) Obama untuk melawan ISIS adalah penghancuran sumber pendapatan ISIS,” kata Dursunoglu.
Untuk menemukan jawabannya, kata dia, perlu untuk membedakan pejabat AS dan sekutu-sekutunya yang tidak memerintahkan untuk membom ladang minyak ISIS. Wartawan Turki itu bertanya-tanya, drone AS gagal melacak konvoi ISIS berskala besar yang membawa ribuan tangki minyak.
Dursunoglu melanjutkan, bahwa pengiriman minyak bukan satu-satunya sumber pendapatan bagi ISIS, sebab ISIS semula bagian dari al-Qaeda sejak 2012, di mana kelompok itu teah menguasai sejumlah ladang minyak.
”Organisasi terpadu ini sengaja menghindari kelompok yang bernama al-Qaeda. Organisasi ini mendapat pangsa besar uang yang disampaikan oleh negara-negara Teluk dan Turki dengan dalih membantu oposisi Suriah,” kata Dursunoglu.
Mantan Pejabat CIA Duga ISIS Ekspor Minyak Ilegal via Turki
Mantan pejabat CIA, John Kiriakou, menduga ISIS mengekspor minyak ilegal melalui Turki dan difasilitasi pejabat wilayah yang korup. Praktik ilegal itu, kata dia, tak hanya menguntungkan ISIS tapi juga para pejabat di Turki yang korup.
Kiriakou yang merupakan mantan pejabat kontraterorisme CIA dan peneliti senior Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS mengungkap hal itu kepada Sputnik, yang dilansir Jumat (30/10/2015).
Data dari pihak Departemen Keuangan AS menyatakan bahwa kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah meraup sekitar USD40 juta dalam satu bulan dari penjualan minyak ilegal. Sedangkan dalam setahun, kelompok itu hampir meraup USD500 juta.
”Saya selalu menganggap seseorang di pihak perbatasan Turki menghasilkan uang yang cukup dari itu. Ada terlalu banyak kepentingan yang terlibat untuk menghentikannya,” kata Kiriakou. ”Mereka orang yang ‘gemuk’. Seseorang mendapatkan banyak uang dari itu,” katanya lagi.
Kiriakou mencatat bahwa saat ini ISIS menjalankan praktik perdagangan minyak ilegal yang mengikuti pola dasar seperti yang dijalani diktator Irak, Saddam Hussein, untuk menentang sanksi ekonomi internasional.
”(Menjual dan mengangkut minyak) ke Turki secara menyeluruh adalah cara Saddam Hussein selama bertahun-tahun untuk mengalahkan rezim penjatuh sanksi yang dikenakan pada dia,” ujarnya.
Turki adalah sekutu Amerika Serikat dan telah menjadi anggota dari NATO selama 60 tahun, tapi Kiriakou mengatakan pemerintah nasional di Ankara tidak bisa mencegah korupsi para pejabat lokal di daerah terpencil yang mungkin menjalankan prakik perdagangan minyak rahasia.
”Ini bukan (praktik) pemerintah Turki secara resmi. (Ini) mungkin elemen militer Turki yang korup dan pejabat di pemerintah daerah dan regional di barat daya Turki yang terlibat dalam hal ini,” katanya.
Kiriakou yang merupakan mantan pejabat kontraterorisme CIA dan peneliti senior Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS mengungkap hal itu kepada Sputnik, yang dilansir Jumat (30/10/2015).
Data dari pihak Departemen Keuangan AS menyatakan bahwa kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah meraup sekitar USD40 juta dalam satu bulan dari penjualan minyak ilegal. Sedangkan dalam setahun, kelompok itu hampir meraup USD500 juta.
”Saya selalu menganggap seseorang di pihak perbatasan Turki menghasilkan uang yang cukup dari itu. Ada terlalu banyak kepentingan yang terlibat untuk menghentikannya,” kata Kiriakou. ”Mereka orang yang ‘gemuk’. Seseorang mendapatkan banyak uang dari itu,” katanya lagi.
Kiriakou mencatat bahwa saat ini ISIS menjalankan praktik perdagangan minyak ilegal yang mengikuti pola dasar seperti yang dijalani diktator Irak, Saddam Hussein, untuk menentang sanksi ekonomi internasional.
”(Menjual dan mengangkut minyak) ke Turki secara menyeluruh adalah cara Saddam Hussein selama bertahun-tahun untuk mengalahkan rezim penjatuh sanksi yang dikenakan pada dia,” ujarnya.
Turki adalah sekutu Amerika Serikat dan telah menjadi anggota dari NATO selama 60 tahun, tapi Kiriakou mengatakan pemerintah nasional di Ankara tidak bisa mencegah korupsi para pejabat lokal di daerah terpencil yang mungkin menjalankan prakik perdagangan minyak rahasia.
”Ini bukan (praktik) pemerintah Turki secara resmi. (Ini) mungkin elemen militer Turki yang korup dan pejabat di pemerintah daerah dan regional di barat daya Turki yang terlibat dalam hal ini,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar