Tahap awal, PTDI dan LAPAN masuk pada pesawat baling-baling kelas 50-60 penumpang di 2016. Pesawat ini adalah N245, yang merupakan pesawat baling-baling pengembangan dari pesawat versi militer, CN235.
PTDI dan LAPAN memulai pengembangan N245, meskipun N219 belum terbang karena proses pengembangan pesawat dari desain konseptual danfeasibility study, hingga pesawat mengantongi sertfikasi dan siap produksi memakan waktu tidak sebentar.
"Proses pengembangan pesawat bukan langsung gambar maksudnya program ini dimulai, sambil N219 berjalan dan sudah mendekati selesai. Kita (untuk N219) melakukan studi pasar sama membuat desain konseptual terlebih dahulu," kata Kepala Program Pesawat Terbang LAPAN, Agus Aribowo, kepada detikFinance, Selasa (3/11/2015).
Setelah melakukan desain konseptual dan diketahui tentang potensi pasar, PTDI dan LAPAN melakukan pada tahapan uji terowongan angin fase 1. Selanjutnya, PTDI dan LAPAN melakukan verifikasi desain dan disusul preliminary design. Di sini bentuk pesawat sudah terlihat aerodinamiknya.
Proses kemudian berlanjut ke uji terowongan ke-2 dan ke-3, baru masuk ke fase detil desain. Di sini seluruh komponen pesawat digambar secara detil. Proses berikutnya ialah pembuatan prototype.
"Baru roll out dan terakhir test flight dalam rangka sertifikasi," jelasnya.
PTDI dan LAPAN menargetkan pesawat N245 bisa mengantongi sertifikasi dari regulator penerbangan nasional pada akhir 2019.
Agus menjelaskan, pengembangan N245 relatif tidak terlalu komplek daripada pengembangan N219, karena N245 merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari CN235 yang telah lama dikembangkan oleh PTDI bersama Airbus Military. Dengan modifikasi, N245 bisa memiliki kapasitas 50 sampai 60 penumpang.
"Kebutuhan pasar dengan kemampuan basic CN235, itu kita akan modifikasi dari versi militer jadi versi sipil dengan ganti engine yang lebih efisien dan lebih irit. Kemudian avionic system pada cokpit diganti dengan varian terbaru yakni glass cockpit," tuturnya.
Untuk varian N270, PTDI dan LAPAN merencanakan pengembangan pesawat ini pada periode 2019-2024. N270 dirancang mampu membawa penumpang antara 70 sampai 90 orang.
"N270 itu memanjangkan yang N245 jadi 70-90 penumpang. Ini biaya development lebih irit karena hanya pengembangan," jelasnya.
Ini Penampakan N219 yang Dibuat oleh 300 Insinyur RI
Pembuatan prototipe pesawat N219 hasil kerjasama antara PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sudah tahap final. PT DI melalui pabriknya di Bandung kini sedang persiapan roll out atau memunculkan pertama kali ke publik pesawat N219 pada November 2015.
Proyek pembangunan dan pengembangan pesawat N219 didukung pemerintah pusat melalui LAPAN dalam bentuk pemberian anggaran sekitar Rp 400 miliar. Alokasi tersebut diberikan untuk pembuatan dua prototipe N219.
Proyek pembangunan dan pengembangan pesawat N219 didukung pemerintah pusat melalui LAPAN dalam bentuk pemberian anggaran sekitar Rp 400 miliar. Alokasi tersebut diberikan untuk pembuatan dua prototipe N219.
Harga jual N219 belum resmi dirilis, namun diperkirakan harganya sekitar US$ 5 juta atau lebih murah dari kompetitor.
Pesawat N219 merupakan pesawat berpenumpang 19 orang yang memiliki kelebihan bisa lepas landas dalam jarak yang pendek. N219 adalah proyek yang dikerjakan seluruhnya oleh anak bangsa yang mulai dirancang sejak 2007 lalu, oleh 300 insinyur Indonesia.
Pesawat N219 merupakan pesawat berpenumpang 19 orang yang memiliki kelebihan bisa lepas landas dalam jarak yang pendek. N219 adalah proyek yang dikerjakan seluruhnya oleh anak bangsa yang mulai dirancang sejak 2007 lalu, oleh 300 insinyur Indonesia.
Target awal proyek ini, prototipe atau purwarupa pesawat sudah selesai dan dipamerkan pada Agustus 2015, namun akhirnya mundur jadi November 2015. Setelah itu menjalani penerbangan pertamanya pada 2016. Targetnya N219 bisa masuk pasar pada 2017, setelah proses sertifikasi.
6 Bulan Setelah Muncul, N219 Baru Bisa Terbang Perdana
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akan memunculkan wujud pesawat N219 kepada publik (roll out) November 2015. Namun pesawat N219 yang merupakan 100% rancang-bangun putra putri Indonesia ini baru bisa terbang perdana, 6 bulan setelah diluncurkan ke publik.
Direktur Utama PTDI Budi Santoso mengatakan uji dan penyempurnaan terhadap pesawat ini akan berlangsung setelah roll out November 2015.
Proses ini, kata Budi, ditargetkan memakan waktu 6 bulan. Setelah itu, PTDI akan melakukan first flight atau penerbangan perdana pesawat karya putra-putri Indonesia itu.
"Kita tergatkan 6 bulan lagi bisa terbang," kata Budi kepada detikFinance,Jumat (30/10/2015).
"Ini beda sama nyoba mobil (produk baru) kalau patah nggak apa-apa karena berada di jalan, kalau pesawat terbang patah terus nanti bisa jatuh maka proses (uji dan penyempurnaan) sampai terbang masih butuh waktu," jelasnya.
Setelah first flight, PTDI akan mengurus proses sertifikasi dalam negeri di Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Proses ini memakan waktu 1-2 tahun. Sejalan dengan proses sertifikasi, PTDI mulai melakukan proses produksi N219.
"Tahun 2016 mulai produksi dan nggak tunggu semuanya (proses sertifikasi tuntas). Ini pesawat (teknologi) sederhana," jelasnya.
N219 merupakan pesawat yang mulai dirancang sejak 2007 lalu, Pesawat ini dibuat dengan kapasitas 19 orang dan memiliki kelebihan bisa lepas landas dalam jarak pendek sehingga cocok untuk daerah-daerah terpencil, termasuk di Indonesia.
Saat proses roll out, PTDI berencana mengundang Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk melihat wujud pesawat baling-baling yang mampu membawa 19 penumpang itu.
Budi mengaku, pihaknya sempat kaget melihat ukuran N219 saat proses perakitan karena wujudnya yang relatif besar. Setelah proses roll out, insinyur PTDI akan melakukan tes dan penyempurnaan pada prototipe N219 yang pertama ini. Proses uji hingga penyempurnaan akan dilakukan dengan sangat detil.
Direktur Utama PTDI Budi Santoso mengatakan uji dan penyempurnaan terhadap pesawat ini akan berlangsung setelah roll out November 2015.
Proses ini, kata Budi, ditargetkan memakan waktu 6 bulan. Setelah itu, PTDI akan melakukan first flight atau penerbangan perdana pesawat karya putra-putri Indonesia itu.
"Kita tergatkan 6 bulan lagi bisa terbang," kata Budi kepada detikFinance,Jumat (30/10/2015).
"Ini beda sama nyoba mobil (produk baru) kalau patah nggak apa-apa karena berada di jalan, kalau pesawat terbang patah terus nanti bisa jatuh maka proses (uji dan penyempurnaan) sampai terbang masih butuh waktu," jelasnya.
Setelah first flight, PTDI akan mengurus proses sertifikasi dalam negeri di Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Proses ini memakan waktu 1-2 tahun. Sejalan dengan proses sertifikasi, PTDI mulai melakukan proses produksi N219.
"Tahun 2016 mulai produksi dan nggak tunggu semuanya (proses sertifikasi tuntas). Ini pesawat (teknologi) sederhana," jelasnya.
N219 merupakan pesawat yang mulai dirancang sejak 2007 lalu, Pesawat ini dibuat dengan kapasitas 19 orang dan memiliki kelebihan bisa lepas landas dalam jarak pendek sehingga cocok untuk daerah-daerah terpencil, termasuk di Indonesia.
Saat proses roll out, PTDI berencana mengundang Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk melihat wujud pesawat baling-baling yang mampu membawa 19 penumpang itu.
Budi mengaku, pihaknya sempat kaget melihat ukuran N219 saat proses perakitan karena wujudnya yang relatif besar. Setelah proses roll out, insinyur PTDI akan melakukan tes dan penyempurnaan pada prototipe N219 yang pertama ini. Proses uji hingga penyempurnaan akan dilakukan dengan sangat detil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar