ELVIPS.COM - Pengamat politik dari Universitas Paramadina Toto Sugiarto meyakini, deklarasi pasangan Basuki Tjahja Purnama alias Ahok dengan Djarot Syaiful Hidayat selaku calon petahana oleh PDIP mengacaukan hitung-hitungan lawan politik yang sejauh ini belum memiliki calon yang pasti diusung pada Pilgub DKI.
"Pasangan Ahok-Djarot tentu menjadi lawan tangguh bagi siapa pun. Diperlukan strategi yang luar biasa untuk mengalahkannya. Kondisi politik lawan seperti Koalisi Kekeluargaan tentu semakin melemah, mereka juga kesulitan menemukan calon alternatif," kata Toto, kepada SP, di Jakarta, Selasa (20/9) pagi.
Menurutnya, Ahok-Djarot berada dalam posisi kuat setelah PDIP mengusungnya. Secara matematis, PDIP merupakan parpol yang paling kuat di DKI sekarang ini. Masuknya PDIP ke gerbong Golkar, Hanura, dan Nasdem menutup peluang parpol lain dari Koalisi Kekeluargaan untuk bergabung.
Toto mengatakan, figur petahana di Pilgub DKI juga diuntungkan oleh karakter pemilih Ibu Kota yang cenderung lebih rasional dalam memilih sebagaimana yang terjadi pada Pilgub DKI tahun 2012. Pada 2012 pasangan Jokowi-Ahok menang mengalahkan pasangan-pasangan lain termasuk petahana karena pemilih DKI selain melihat figur juga mengukur kinerja.
Jika dibandingkan dengan fakta sekarang ini, belum ada calon yang mampu menandingi elektabilitas Ahok sehingga menjadi wajar apabila parpol-parpol lain kesulitan menemukan pasangan calon untuk berkontestasi.
"Calon petahan semakin diuntungkan karena mesin PDIP dalam pilkada DKI sangat kuat. Dipasangkannya Ahok-Djarot memudahkan keduanya melengang kencang. Jangan lupa, Pilgub DKI merupakan modal awal untuk Pilpres 2019 karena Pilgub DKI merupakan barometer untuk pemenangan di daerah lainnya," kata Toto.
Toto memprediksi parpol-parpol lain yang tidak mendukung atau ikut mengusung petahana sekarang ini berupaya keras menemukan figur melawan Ahok. Sementara sosok pengusaha sekaligus kader Partai Gerindra Sandiaga Uno belum mampu menyamai elektabilitas Ahok.
Nama-nama besar yang digadang-gadang menjadi bakal calon seperti Yusril Ihza Mahendra dan Rizal Ramli juga belum mendapatkan kendaraan politik untuk maju. Sebab, tidak semua parpol berambisi memenangi Pilkada DKI karena hanya ingin mengambil untung dalam pencalonan.
"Sedangkan untuk parpol yang berambisi menguasai DKI sangat berat. Gerindra misalnya, harus benar-benar mampu mengatrol Sandiaga ini. Ini kerja besar dan sulit," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar