ELVIPS.COM - New York Times menurunkan laporan tentang kerjasama Dinas Rahasia Amerika Serikat (CIA) dan Arab Saudi dalam menyulut krisis Suriah yang semakin menguatkan asumsi selama ini bahwa krisis Suriah adalah hasil rekayasa dan propaganda asing.
Koran New York Times pada Sabtu (23/1) di situsnya merilis informasi dari para pejabat Amerika Serikat dan Arab pesisir Teluk Persia menyebutkan, pada tahun 2013, Presiden Amerika Serikat Barack Obama, mengeluarkan instruksi rahasia kepada CIA untuk membantu para pemberontak yang sedang berperang (para teroris) di Suriah.
New York Times menekankan bahwa CIA mengetahui bahwa untuk melaksanakan operasi rahasia tersebut, ada mitra tepat yang selalu siap untuk mendanai operasi itu dan bagi CIA tidak ada negara lain yang paling cocok kecuali Arab Saudi.
New York Times menambahkan, upaya Arab Saudi bergulir dengan manajemen Bandar bin Sultan, Ketua Dinas Rahasia Arab Saudi kala itu, dan dia menginstruksikan pembelian senjata Kalashnikov dan jutaan amunisi untuk mempersenjatai para teroris di Suriah. Di lain pihak, Ketua CIA juga mempersiapkan jalur transaksi senjata itu untuk Arab Saudi termasuk pembelian senjata dari Kroasia.
New York Times menyinggung kerjasama CIA dan Dinas Intelijen Arab Saudi bersandi “Timber Sycamore” dan memaparkan bahwa kerjasama Arab Saudi dan CIA itu hanya sebagian kecil dari berbagai kerjasama luas antara Washington dan Riyadh dalam beberapa dekade terakhir.
Apa yang diklaim sebagai langkah terkini pemerintah Barat dan sejumlah pemerintah Arab dalam menindak kelompok teroris ISIS, berlangsung di saat kelompok teroris itu pada tahun 2011 praktis beraktivitas setelah mendapat lampu hijau dan bimbingan dari poros-poros kejahatan yaitu Dinas Rahasia Arab Saudi, CIA dan Lembaga Intelijen Israel (Mossad).
ISIS sekarang punya kemampuan tinggi melakukan kejahatan dan teror baik di tingkat regional Timur Tengah maupun internasional. Kelompok yang benihnya ditetaskan oleh Amerika Serikat, Israel dan Arab Saudi di Suriah, dan oara pendukungnya memberikan dukungan dana dan senjata kepada kelompok teroris itu.
Setelah lima tahun makar penggulingan Presiden Suriah, Bashar al-Assad gagal, sekarang kelompok ISIS bahkan membuat para pendukung nya tidak dapat tidur nyenyak dan menjadi senjata makan tuan.
Sebenarnya, ISIS adalah proyek yang dibentuk Barat untuk menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad. Namun setelah kegagalan proyek tersebut, kini ISIS berubah menjadi ancaman bagi para pendukungnya. Front Barat-Arab yang dipimpin Amerika Serikat dan Arab Saudi, pada Maret 2011, berusaha dengan berbagai macam cara untuk menggulingkan Presiden Suriah, akan tetapi setelah lima tahun berlalu, proyek mereka ini hanya semakin meningkatkan ancaman terorisme di dunia.
Pemanfaatan terorisme sebagai sarana untuk menggeser Assad, berujung pada pembentukan kelompok teroris Takfiri paling beringas di Suriah. Kelompok ini bahkan telah menyebarluaskan ketidakamanan di negara-negara Barat. (IRIB Indonesia/MZ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar