F Bagaimana Kehidupan Muslim Sunni dan Pemeluk Agama Minoritas di Iran - VIP 4LIFE TRANSFER FACTOR

Bagaimana Kehidupan Muslim Sunni dan Pemeluk Agama Minoritas di Iran

ELVIPS.COM - Di Iran kebebasan beragama berlangsung kondusif, umat Yahudi, Kristen, Zoroaster hidup berdampingan secara damai bersama kalangan Muslim. Menurut Konstitusi Republik Islam Iran, seluruh warga negara – terlepas dari agama dan etnis – juga memiliki hak-hak yang setara. Di Iran, minoritas agama selain menikmati hak-hak dan kebebasan umum setiap warga Iran, juga mendapatkan perlindungan khusus sesuai dengan Konstitusi Republik Islam Iran.

Salah satu minoritas agama tertua di Iran adalah Zoroaster. Sejarah kehadiran Zoroaster di Iran kembali ke zaman kuno. Pada masa Achaemenid, mayoritas raja dan warga adalah penganut agama Zoroaster. Dinasti Sassanid menetapkan Zoroaster sebagai agama resmi negara dan hal itu telah membantu penyebarluasan ajaran mereka. Pada abad ketujuh Masehi, pasca kehadiran Muslim di Iran, mayoritas warga Iran memilih masuk Islam dan Islam menjadi agama resmi negara.

Di kota-kota tempat tinggal Zoroaster, organisasi Zoroaster mengatur semua urusan publik, keagamaan, budaya, dan kegiatan amal warga Zoroaster kota tersebut. Mereka juga menangani urusan rumah sekolah dan lembaga-lembaga lain milik komunitas Zoroaster. Mereka memiliki beberapa rumah sekolah khusus di berbagai jenjang pendidikan di Tehran dan kota-kota lain di Iran. Di sana, selain kurikulum resmi negara, juga diajarkan mata pelajaran agama Zoroaster selama beberapa jam dalam sepekan. Selain itu, masyarakat Zoroaster juga memiliki pusat untuk pendidikan ulama-ulama Zoroaster. Mereka juga menerbitkan berbagai majalah seperti, Faravahar, Chista, Vahoman, Amurdad, Parsian, dan Asha, yang menyoroti isu-isu agama, sosial, dan budaya.

Masyarakat Zoroaster memiliki sebuah penerbitan khusus dengan nama Faravahar, yang menerbitkan berbagai buku tentang Zoroaster dan lain-lain. Sekedar informasi, warga Zoroaster memiliki sebuah seminar dengan nama "Kongres Zoroaster Dunia" yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antara organisasi dan lembaga-lembaga Zoroaster, melestarikan warisan budaya dan agama, memperbaiki kondisi kehidupan, dan memajukan masyarakat Zoroaster di dunia.

Kongres tersebut memiliki kedudukan istimewa di mata warga Zoroaster dunia. Menariknya, Kongres Zoroaster Dunia yang pertama dan keenam diselenggarakan di Iran dan sekretariat permanennya bertempat di Tehran. Pada dasarnya, masyarakat Zoroaster Iran menikmati hak-hak dan kebebasan yang besar di Republik Islam.

Meskipun populasi mereka sedikit, Zoroaster memiliki seorang wakil di parlemen Iran dan juga di dewan-dewan kota dan desa. Mereka bebas melakukan berbagai kegiatan sosial dan sipil melalui 28 lembaga dan memiliki organisasi-organisasi non-pemerintah yang aktif di berbagai bidang. Semua itu adalah bukti keterlibatan politik dan sosial kelompok minoritas agama tersebut di Republik Islam Iran. Para pengikut agama Zoroaster – berdasarkan konstitusi negara – diberi kebebasan untuk menjalankan upacara dan ritual keagamaan mereka di seluruh negeri. Untuk itu, mereka memiliki sejumlah tempat ibadah untuk melaksanakan ritual-ritual keagamaan Zoroaster.

Di samping minoritas agama Zoroaster, para pemeluk agama Yahudi di Iran juga memiliki sejarah panjang. Kaum Yahudi masuk ke Iran sekitar 500 tahun Sebelum Masehi dan mereka menetap di wilayah barat, tengah, dan utara Iran. Sejumlah tempat-tempat suci dan bersejarah umat Yahudi di Iran – seperti, Makam Nabi Daniel di Sush, Makam Habakkuk di Tuyserkan, Peighambariyeh di Qazvin (tempat pemakaman empat orang nabi Yahudi), dan Makam Esther dan Mordechai di Hamedan – membuktikan tentang sejarah panjang kehadiran mereka di negara itu.

Setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, masyarakat Yahudi berdasarkan konstitusi mengirim seorang wakil di parlemen. Kegiatan politik masyarakat Yahudi Iran terpusat pada tiga poros yaitu, kepemimpinan agama Yahudi, keterwakilan mereka di parlemen, dan dewan direksi Komite Kalimiyan Tehran. Segala bentuk pernyataan sikap atau menindaklanjuti kasus hukum, politik, dan sosial masyarakat Yahudi, akan dilakukan melalui lembaga tersebut. Etnis Yahudi memiliki sekolah di berbagai jenjang pendidikan dan di samping menerapkan kurikulum resmi negara, mereka juga mengajarkan pelajaran agama dan bahasa Ibrani selama beberapa jam dalam sepekan.

Masyarakat Yahudi Iran memiliki sejumlah Sinagog, lembaga budaya, organisasi pemuda, mahasiswa, dan perempuan. Mereka juga mendirikan Pusat Olahraga Gibor, Organisasi Perempuan Yahudi, dan Badan Amal yang merupakan organisasi Yahudi untuk kegiatan sosial. Masyarakat Yahudi Iran juga memiliki perpustakaan pusat, aula untuk perkumpulan, tempat distribusi daging yang disembelih ala Yahudi, dan lebih dari 20 organisasi budaya dan lembaga non-pemerintah (NGO).

Sejumlah etnis Yahudi sekarang aktif di universitas sebagai asisten dosen atau dosen. Berkenaan dengan hak-hak dan kebebasan budaya Yahudi di Iran, masyarakat Yahudi mengantongi izin penerbitan berbagai majalah seperti, Ofogh Bina.

Anggota parlemen Iran dari komunitas Yahudi, Ciamak Morsadegh mengatakan, "Kondisi kelompok minoritas di Iran merupakan salah satu contoh terbaik hidup berdampingan secara damai. Kondisi minoritas di Iran dapat menjadi contoh dari segi kebebasan, menjalankan aktivitas keagamaan, partisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan politik, serta kemungkinan untuk terlibat dalam sebuah proses politik. Dan yang lebih penting dari itu, pemerintah Republik Islam memberikan bantuan yang signifikan kepada kelompok minoritas agama untuk memajukan urusan-urusan keagamaan dan budaya mereka dan bahkan pemakaian air, listrik, dan gas oleh Sinagoq, Gereja, dan Kuil Api di Iran tidak dipungut biaya. Pemerintah juga mengalokasikan anggaran yang signifikan untuk memperbaiki pusat-pusat keagamaan minoritas agama dan kegiatan budaya. Ini menunjukkan Yahudi, Kristen, dan Zoroaster Iran merupakan bagian tak terpisahkan dari rakyat Iran. Oleh karena itu, jika kita ingin memandang Iran dengan menggunakan standar-standar HAM Barat, kita akan tetap memahami bahwa Iran adalah negara yang paling demokratis di Timur Tengah dan kebebasan beragama yang terdapat di Iran, tidak akan pernah ditemukan di tempat lain."

Bagaimana halnya dengan kaum Sunni atau Ahlussunnah Waljamaah di Iran?

Istilah ahlussunnah wal jamaah adalah mazhab fikih mayoritas yang dianut oleh umat Islam di dunia yang mengacu kepada empat mazhab yakni : Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali. 
Di Iran, umumnya pengikut sunni terfokus pada dua mazhab besar yakni mazhab Syafi’i dan mazhab Hanafi. Mayoritas menganut mazhab Syafi’i tinggal di Pesisir Barat dan Selatan Iran. Sedangkan para pengikut mazhab Hanafi bertempat di Timur dan Utara (Baluchistan dan Khurasan), wilayah Turkmen Sahara, Propinsi Golestan. 

Jumlah penganut ahlussunnah di Iran berjumlah sekitar 10 persen dari seluruh jumlah penduduk Iran. 

Pelajar dan Guru Agama

Pembagian Pelajar dan Guru Agama sunni terbagi ke dalam empat bagian :
- Penganut mazhab Syafi’i di wilayah Barat Iran
- Penganut mazhab Syafi’i di wilayah Selatan Iran
- Penganut mazhab Hanafi di wilayah Timur Iran
- Penganut mazhab Hanafi di wilayah Utara Iran

Pertumbuhan jumlah pelajar dan guru agama dari mazhab Hanafi dan Syafi’i, juga menunjukkan perkembangan positif bagi kondisi masyarakat sunni di Iran. 

Jumlah Masjid Sunni di Iran

Masjid merupakan tempat berkumpulnya kaum muslimin untuk melakukan ibadah, khususnya yang dilakukan oleh kaum ahlussunnah dalam melaksanakan salat jum’at dan salat berjamaah. Selain itu masjid difungsikan sebagai tempat berkumpulnya umat dari berbagai golongan melaksanakan kinerja agama dan politik. Menghidupkan masjid dilakukan oleh kaum muslimin Iran tanpa membedakan golongan ahlussunnah maupun syiah.

Masjid di Iran baik sunni maupun syiah bergerak menyerukan persaudaraan, persatuan, cinta pada tanah air dan Islam di antara kaum muslimin. Jadi di samping ibadah ritual, masjid juga menjadi tempat ibadah sosial, politik, dan kebudayaan. Masjid sunni yang bermazhab Syafi’i atau Hanafi tersebar di berbagai tempat di Iran. Sesuai dengan pendataan, kelompok sunni ini memiliki 12.222 masjid di Iran.

Pembangunan masjid sunni di Iran setelah Revolusi Islam Iran tahun 1979, semakin pesat dibandingkan dengan pertumbuhannya sebelum revolusi. Misalnya, di Kota Zahidan, sebelum revolusi hanya terdapat 16 masjid sunni, tetapi setelah revolusi, kini terdapat sekitar 516 masjid sunni. Begitu pula yang terdapat di kota Kermanshah sebelumnya hanya berjumlah 123 masjid, tetapi kini berjumlah 420 masjid.

Tabel : Jumlah Mesjid Ahlussunnah di Iran
Provinsi Jumlah Masjid

Fars 232
Bushehr 115
Kurdistan 2000
Khurasan 1025
Hormozgan 1193
Azarbaijan Barat 1800
Sistan dan Baluchistan 4029
Kalistan 1233
Gilan 175
Kermanshah 420
Jumlah Total 12.222

Kaum Syafi’iyyah berkisar 58,2 % memiliki 5.935 masjid atau 48,5 % dari seluruh jumlah masjid sunni yang ada di Iran. Adapun kaum Hanafiyah memiliki 6.287 masjid yang tersebar di wilayah Utara dan Timur Iran atau 51,5 % dari seluruh jumlah masjid yang ada di Iran.

Kenyataan yang berlangsung di Iran, sangatlah berbeda dengan berbagai pemberitaan yang bersumber dari barat maupun propaganda yang mengadu domba Sunni-Syiah, termasuk yang banyak dilansir di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Imune Revolution

Tentang Transfer Factor