ELVIPS.COM - Sekretaris Kabinet, Pramono Anung mengatakan, pemerintah berkomitmen untuk membangun beberapa kilang minyak baru agar harga minyak di Indonesia semakin efisien. Dia menilai pembangunan kilang minyak selama ini selalu dirancang tidak efisien.
"Selama ini kenapa tidak dibangun (kilang), karena memang ada yang mendesain supaya minyak kita itu tidak efisien, dan pemerintah berkomitmen untuk segera membangun itu," kata Pram di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (3/12).
Pram menegaskan, sejak 1984 Indonesia sudah tidak pernah membangun kilang minyak. Kondisi tersebut menimbulkan pertanyaan besar, seiring dengan kebutuhan bahan bakar yang semakin besar.
"Padahal sekarang ini kita tidak lagi seperti dulu, kita separuh ekspor dan separuh impor, sehingga dengan demikian lifting kita juga menurun, maka tidak ada pilihan lain, kita harus punya kilang sendiri, membangun sendiri, dengan kemampuan kita sendiri," kata Pram.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto membenarkan hal itu. Menurut Dwi, pola pikir yang ditanam selama ini adalah pembangunan kilang di Indonesia dinilai tidak ekonomis.
"Itu jelas ada karena memang selama ini kan kita berpendapat bahwa pembangun kilang itu tidak ekonomis, memang IRR (Internal Rate of Return) rendah tetapi kenapa bisa terjadi pembangunan kilang di Singapura, di Malaysia sedangkan di kita tidak dibangun," jelas Dwi.
Dwi mengaku persepsi tersebut dibuat oleh kelompok yang tidak ingin Indonesia merasakan ketahanan energi di dalam negeri. Bahkan, kelompok tersebut lebih memilih Indonesia impor minyak dan menggerus devisa negara.
"Kebutuhan minyaknya seberapa ya diimpor, itu kan bisa dilaksanakan oleh para treader-treader itu," jelas Dwi.
Dia menegaskan, impor minyak menyebabkan harga minyak di Indonesia menjadi mahal lantaran rantai distribusi yang semakin panjang.
Selain itu, Dia menambahkan pihak-pihak yang berupaya mengganjal Indonesia membangun kilang minyak datang dari para pengusaha minyak. Alasannya, pembangunan kilang minyak akan memangkas pendapatan para pengusaha minyak tersebut.
"Iya trader-trader itu. Kalau kita bangun kilang sendiri kan treader ada kehilangan (pendapatan)," pungkas dia.
Bangun kilang, Pertamina gelontoran Rp 553 T hingga 2023
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengatakan saat ini Pertamina sedang menggarap percepatan pembangunan kilang minyak sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hingga 2023, Pertamina bakal menghabiskan dana mencapai USD 40 miliar atau setara Rp 553 triliun.
"Kami tadi juga laporkan bahwa yang RDMP (Refining Development Masterplan Program) Cilacap sudah ditandatangani awalnya, kemudian nanti yang di Balikpapan segara setelah akhir Desember ini kita minta ditandatangani awalnya," jelas Dwi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (3/12).
Dwi menjelaskan ada 4 lokasi kilang RDMP atau peningkatan kapasitas dan 2 lokasi kilang baru. Untuk kilang yang ditingkatkan kapasitasnya yakni di Cilacap dengan alokasi dana sekitar USD 5,5 miliar, Balikpapan sekitar USD 5,5 miliar, Balongan dan Dumai masing-masing sekitar USD 4-4,5 miliar. Untuk kilang baru di Bontang dan Tuban diperkirakan membutuhkan dana pembangunan mencapai USD 10 miliar untuk masing-masing lokasi.
"Mengenai yang untuk kilang baru yang di Tuban Insyaallah kita akan siap memperoleh partnernya di akhir Januari. Sehingga kita harapkan seluruh RDMP Bapak Presiden tadi mengharapkan seluruh RDMP yang 4 RDMP dan kemudian 2 kilang baru bisa betul-betul jalan, jelas Dwi.
Dengan peningkatan kapasitas ini, maka kapasitas produksi minyak Pertamina akan bertambah menjadi 2 juta barel per hari. Rinciannya,kapasitas 4 kilang RDMP meningkat dari 800.000 barel per hari menjadi 1,4 juta barel per hari, dan untuk kilang baru masing-masing bisa menghasilkan 600.000 barel per hari.
"(Pembiayaan?) Nanti yang RDMP dan kilang baru yang Tuban itu adalah joint venture antara Pertamina dengan mitra dan itu kira-kira equity di 30-40 persen, sedangkan 60 persen kita akan pinjam," jelas Dwi.
Sedangkan untuk kilang baru di Bontang, Pertamina bakal bekerja sama dengan investor asing. Dwi mengklaim, investor yang berminat untuk menggarap pembangunan kilang baru di Bontang ini sudah cukup banyak.
"Sekarang masih dalam proses, kita targetkan Februari sudah bisa dapat. (Peminat) Sudah, peminatnya cukup banyak, seperti mostly asing, Saudi Arabia (Saudi Aramco), Kuwait, kemudian Rusia kemudian ada Jepang," tutur Dwi.
Pertamina menargetkan semua proyek kilang tersebut rampung pada kisaran tahun 2022 hingga 2023.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar