ELVIPS.COM - Kejayaan masa lalu di Bumi Nusantara ini, telah terjadi sesuai dengan catatan dalam kitab-kita kuno yang kini masih tersimpan, maupun dari kisah-kisah yang diceritakan Al Kitab maupun Al Quran. Namun semua itu sebuah peristiwa yang terjadi di masa lalu. Lalu, bBagaimanakah dengan masa kini?
Saat ini, siklus kehidupan telah berpihak kepada Barat beserta para sekutunya. Kejayaan masa silam seakan hendak dihapuskan oleh mereka melalui propaganda yang terus digencarkan. Bahkan selama ini ada opini bahwa Yahudi adalah bangsa yang paling genius. Dan pendapat ini, sungguh sebuah kekeliruan yang sangat fatal. Karena, Allah Sang Pencipta Kehidupan itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada semua mahluk ciptaan-Nya. Tidak pernah membeda-bedakan manusia berdasarkan ras, etnik, bangsa atau keturunan.
Nusantara; “Ibu Umat Manusia”
Kawasan Nusantara yang telah menjadi “Ibu Umat manusia”, seperti ingin mereka tinggalkan dan tidak mengakui sumber peradaban yang agung sejak dulu kala. Bahkan akhirnya Barat membuat kebodohan sendiri dengan menciptakan teori bahwa umat manusia hasil evolusi dari seekor kera. Padahal sudah benar-benar dijelaskan di dalam kitab-kitab kuno dan juga Al Kitab serta Al Quran, bahwa manusia pertama yang menjadi khalifah di muka bumi adalah Adam. Dan Adam tinggal di Bumi Nusantara ini bersama dengan Hawa, yang akhirnya melahirkan banyak keturunan, dan dari sanalah bangsa-bangsa itu tercipta.
Bersumber dari satu ibu; yaitu Bumi Nusantara, semua ras dan bangsa di muka bumi ini memiliki peluang yang sama untuk tampil menjadi pemimpin guna mewarnai peradaban dunia. Tidak ada satu pun ras yang mampu terus menerus mendominasi kekuatan dunia.
Pada perguliran waktu yang cukup lama, setelah usai masa Le Muria dan juga Atlantis, keturunan Javet (Bangsa Eropa), sempat mendominasi kekuatan dunia dengan menjajah kedua kakaknya keturunan Sam (Asia) dan Ham (Afrika). Memasuki abad 20, dimulai kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang di Semenanjung Kirin, bangsa-bangsa Asia-Afrika mulai tampil gagah berani mengusir penjajah bangsa Eropa.
Siklus kekuasaan dunia terus bergerak sesuai dengan perputaran alam. Dominasi ras dalam mewarnai peradaban dunia terus berputar sesuai dengan siklus sejarah. Pada masa tertentu, ras Romawi sebagai keturunan Bangsa Nusantara (Atlantis) pernah sangat berkuasa di muka bumi., sampai mampu mewarnai peradaban dunia, termasuk menciptakan sistem penanggalan (kalender). Seiring berputarnya waktu, siklus alam itu pelan-pelan pun meredup. Romawi tidak lagi terdengar pengaruhnya, karena ditaklukan oleh bangsa Persia. Pada lain zaman, ras Hindustan pernah begitu berkuasa mewarnai peradaban dunia, pelan-pelan mereka pun meredup sampai menjadi bangsa yang terjajah oleh Inggris.
Pada masa-masa selanjutnya, sejumlah bangsa dan ras besar bergantian mendominasi dunia. Berjaya pada waktu tertentu, kemudian meredup, dan digantikan dengan pengaruh serta kekuasan dari bangsa lain dan ras lain.
Kekuasaan Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain, pernah menguasai sepertiga dunia. Dialah Raja Muslim yang sangat berkuasa namun saleh. Daerah taklukannya membentang dari bumi bagian barat sampai timur. Ia mendapat julukanIskandar “Zulkarnain”. “Zul”, artinya “memiliki”, Qarnain, artinya “Dua Tanduk”. Maksudnya, Iskandar yang memiliki kekuasaan antara timur dan barat.
Dia juga telah membangun dinding besar berteknologi tinggi untuk ukuran saat itu, di antara dua Gunung. Para ahli sejarah meyakini, dinding tersebut terbuat dari besi yang dicampur dengan tembaga itu terletak tepat di pengunungan Kaukasus. Daerah itu kini disebut Georgia, negara pecahan Uni Soviet.
Secara topografis, deretan pegunungan Kaukasus itu memang terlihat memanjang dari laut Hitam sampai ke laut Kaspia sepanjang 1.200 kilometer tanpa celah. Kecuali pada bagian kecil sempit yang disebut celah Darial sepanjang 100 Meter kurang lebih. Pada bagian celah itulah Zulkarnain membangun tembok penghalang dari Ya’juj dan Ma’juj.
Kisah ketokohan Iskandar Zulkarnain ini juga tertulis dalam catatan sejarah orang-orang barat. Dalam catatan tersebut diceritakan bagaimana ia berjaya meluaskan daerah taklukannya dalam masa yang sangat singkat. Oleh karena kejayaannya ini, ia diberi gelar “Alexander The Great”, Alexander Yang Agung”. Dalam jangka waktu tertentu kekuasaan Iskandar Zulkarnaen pun tenggelam dan lenyap, bahkan sekarang tinggal menjadi sebuah negeri kecil di kawasan Balkan.
Kekuasaan Jenghis Khan
Selanjutnya Bangsa Mongolia di bawah Jenghis Khan, dalam waktu relatif singkat pun pernah menguasai dunia. Sejarah mencatat invasi yang dipimpin oleh Jenghis Khan sendiri dengan ratusan ribu tentara terpilih ke Kerajaan Khawarezmia yang pada waktu itu menguasai seluruh wilayah Timur Tengah diawali dengan pedagang Mongolia yang dibunuh dan harta mereka dirampas oleh panglima Khawarizmi yang serakah. Keserakahan itu membawa bencana bagi bangsanya. Jenghis Khan berhasil menawan dan menghukum mati panglima tersebut dengan cara menuangkan logam panas ke matanya. Kerajaan Khawarizmi menderita kerugian yang tidak terhitung. Amarah Jenghis Khan bertambah setelah cucu kesayangannya terbunuh. Populasi rakyat Timur Tengah berkurang hingga 10%, dan wilayah Mongolia pun bertambah luas sampai kebagian barat benua Asia.
Wilayah Timur Tengah kemudian dibagi-bagi dan dikuasai oleh putra-putra Jenghis Khan. Jenghis Khan yang sudah berumur tua dipaksa untuk memimpin pasukan untuk menghancurkan kekhalifahan Abbasiyah untuk kesekian kalinya, namun ketidak-cakapan para pasukan dan seringnya melakukan mabuk-mabukan memperlemah pasukan militernya. Ia meninggal dalam perjalanan karena terjatuh dari kuda dan dirahasiakan oleh panglima-panglima setianya sampai musuh berhasil ditaklukan. Kuburan Jenghis Khan dirahasiakan agar tidak dirusak oleh orang lain. Kekuasaan Mongol diwariskan kepada putra ketiganya, Ogadai Khan. Alasan Jenghis Khan menunjuk putra ketiganya untuk meneruskan tahta warisnya, disebabkan oleh keahlian yang dimiliki Ogadai Khan dalam bernegoisasi, memimpin negara dan sifatnya yang tidak sombong (tidak seperti kedua kakaknya yang sering bertempur satu sama lain).
Kekuasaan Klan Khan menguasai hampir seluruh bangsa-bangsa yang ada di dunia. Padahal Jenghis Khan hanyalah seorang dari suku kecil yang ada di Mongol. Kemampuannya dalam memimpin peradaban di masanya begitu sangat mumpuni, yang kemudian diwariskan kepada anak ketiganya, sehingga ia bisa menguasa hampir seluruh dunia yang ada di muka bumi ini. Namun tidak beda dengan Macedonia di bawah kepemimpinan Iskandar Zulkarnaen, bangsa Mongol pelan-pelan meredup. Kehilangan pengaruh hingga tinggal tersisa berupa negeri kecil di sebelah utara raksasa China.
Begitu pun ras Arya yang tangguh juga pernah berkuasa di muka bumi, tetapi tidak permanen, tenggelam oleh roda siklus alamiah. Bangsa China, Turki (Utsmani), Persia, Arab, Normandia (Viking), Spanyol, juga pernah silih berganti mampu mendominasi untuk mewarnai peradaban dunia.Dominasi mereka selalu dihentikan oleh siklus. Semua tinggal sisa-sisa kejayaan sebagai bagian sejarah masa silam. Dan catatan pada masa silam telah mewarnai kehidupan ini, bahwa setiap bangsa pernah begitu jaya di masanya.
Bangsa-bangsa yang pernah besar dan berkuasa pada masanya, memiliki leluhur yang sama yaitu Nusantara (Le Muria dan Atlantis). Semua memiliki jatah untuk berjaya sesuai dengan arus perputaran siklus. Setiap ras atau bangsa mendapatkan jatahnya pada masa yang berbeda, tenggelam pada zaman yang berbeda. Ras apa pun sebagai keturunan Bangsa Nusantar, bisa unggul dan mampu mewarnai peradaban dunia apabila memiliki; rasa percaya diri yang tinggi, memiliki kemauan keras untuk maju, memiliki tekad dan semangat yang pantang menyerah, memiliki jiwa dan keyakinan sebagai pemenang, memiliki keberanian dan nyali yang besar, memiliki mentalitas pelopor, pencipta dan selalu tampil terdepan, memiliki pengetahuan yang luas, dan memiliki mentalitas menjadi pemimpin dunia.
Jenggis Khan, ketika pertamakali tampil di antara suku-sukunya, mampu mengumpulkan suku-suku kecil yang ada di Mongol, lalu menggabungkannya menjadi kekuatan yang besar. Di antara para pendukungnya, Jenggis Khan pernah melontarkan perumpamaan; “Kita ini seperti lidi, bila sendiri, tidak akan pernah bisa mengalahkan atau menumbangkan pohon yang besar. Oleh karena itu bila kita digabung menjadi sebuah kekuatan besar, kita pun akan mampu melawan kekuatan lain, bahkan bisa menumbangkannya.”
Filosofi lidi ini, yang akhirnya membuat Jenggis Khan dan Mongolia dalam waktu relatif singkat, dapat menguasai hampir seluruh dunia.
Kekuasan Adolf Hitler
Lalu ada Adolf Hitler – siapa yang tidak kenal dengan Adolf Hitler. Biografi, film dokumentasi, buku-buku, bahkan film-film hollywood juga banyak yang diinspirasikan daripadanya. Diktator Nazi ini dikenali sebagai tokoh rasis yang menganggap bahwa bangsanya yaitu Bangsa Arya sebagai bangsa yang paling unggul.
Di samping kebanggaannya pada bangsa Arya (dimana Hitler mengaku sebagai bangsa Arya), Hitler juga memandang rendah pada bangsa lain, khususnya Yahudi. Dengan terus-menerus Hitler menunjukkan kebenciannya pada kaum Yahudi.
Hitler sebagai pemimpin Nazi itu pernah berkata : “Di antara semua bangsa di muka bumi ini, yang paling unggul adalah Bangsa Eropa, yang paling unggul adalah ras Arya. Di antara sesama ras Arya, yang paling unggul adalah bangsa Jerman.”
Dari pernyataan Hitler tersebut, ia ingin mengatakan bahwa Bangsa Eropa atau ras Aryalah yang paling unggul di muka bumi ini. Bahkan pernyataan politiknya mampu membuat Hitler berkuasa di Jerman tanpa ada yang bisa menentangnya. Namun siklus itu pun tidak kekal, Hitler bersama Jermannya akhirnya pun hilang pengaruhnya dan hanya menjadi catatan sejarah yang kita kenang sekarang.
Kekuasaan Yahudi
Lalu saat ini, dunia telah termakan oleh propagandanya Yahudi. Dalam persepsi yang berkembang di masyarakat, Yahudi malah diakui sebagai ras pilihan Tuhan. Padahal hal tersebut tidaklah benar. Namun persepsi itu kadung tertanam begitu kuat, tumbuh berkembang menjadi dogma dan keyakinan spiritual yang begitu kuat.
Dalam Jewish Encyclopedia (Kamus Yahudi) dikatakan bahwa nenek moyang Yahudi (Israel) berasal dari ujung bumi pada “Pulau-pulau di Timur” (Nusantara), sehingga di Israel terdapat Kota Jaffa (Jawa).
Anggapan bahwa Bangsa Yahudi adalah bangsa “pilihan” sangat tidak benar. Karena Tuhan tidak pernah pilih kasih dalam menentukan suatu kaum lebih unggul dari kaum yang lainnya. Namun bila saat ini ras Yahudi mampu mewarnai peradaban dunia, semua itu semata-mata karena kegigihannya dan hasil kerjakeras mereka. Selama ratusan tahun hidup “mengembara”, berserakan di berbagai penjuru dunia, terusir dari Asia Barat. Yahudi merupakan keturunan langsung dari Sam di Benua Asia. Sering disebut “Ras Semit:, sebagai keturunan Sem (Sam). Yahudi memiliki hubungan kerabat lebih dekat dengan semua Bangsa Asia ketimbang Eropa, karena sama-sama keturunan Sam.
Bagi Yahudi ortodok, atau yang memahami silsilah nenek moyangnya, satu-satunya bangsa yang paling ditakuti dan dihormati oleh bangsa Yahudi adalah “Ras Nusantara”, terutama orang Jawa. Bukti penghormatan Yahudi terhadap Jawa diwujudkan dalam pemberian nama sekte tertinggi bernama “sekte Jehova” atau “Sekte Java/Jawa”.Bahkan nama tersebut pun dipatenkan dalam nama program komputer, email Yahoo berasal dari kata Yehova atau Java/Jawa. Dalam KitabHezron yang berusia jutaan tahun berbentuk batu dan kini tersimpan secara rahasia di kota Antiokia – Turki, nama java personifikasi dari nama “Tuhan” yang harus dihormati.
Para Rabi dan pemikir Yahudi sangat mengetahui bahwa nenek moyang mereka dari Indonesia/Nusantara (Yavanas). Mereka memiliki Institusi Khusus yang bertugas untuk mempelajari, mengkaji, dan meneliti tentang Ras Nusantara bernama the Power of Nusantara Institute.
Kekuasaan Nusantara
Menurut buku “Orang Indonesia Pemersatu Dunia”, yang ditulis oleh Presiden Gong Perdamaian Dunia – Djuyoto Suntani, ada lima sebab kenapa Bangsa Yahudi begitu menghormati Bangsa Nusantara (Indonesia);
1. Leluhur Yahudi Berasal dari Nusantara.
Sebagaimana yang tertulis dalam Kamus Yahudi (Jewish Encyclopedia)dikatakan bahwa nenek moyang Yahudi (Israel) berasal dari ujung bumi pada “Pulau-pulau di Timur” (Nusantara), sehingga di Israel terdapat Kota Jaffa (Jawa). Mereka berasal dari keturunan Le Muria sebagaimana yang sering disebutkan oleh pemikir Yunani – Plato.
Menurut filsup Plato, Le Muria adalah daratan luas yang sering disebut orang Yunani sebagai Padang Elys. Orang Mesir menyebutnya Sekhet Aaru (padang Alang-alang). Yang dimaksud dengan alang-alang adalah padi (pari) yang tumbuh di rawa-rawa (sawah). Sedangkan sekhet dalam bahasa Jawa itu rumput (suket).
2. Gunung Muria
Gunung Muria, adalah salah satu faktor Bangsa Yahudi begitu menghormati Bangsa Nusantara. Karena di wilayah Nusantara, tepatnya di pulau Jawa terdapat Gunung Muria, tempat asal Bangsa Le Muria yang agung. Suatu tempat yang dianggap paling sakral oleh Bangsa Yahudi. Karena nama Muria diabadikan sebagai bahasa Yahudi (Ibrani) yang artinya “Pilihan Tuhan”. Dalam kitab suci Taurat (Perjanjian Lama), nama Muria secara khusus disebut sampai tiga kali, yang semuanya terdapat dalam Kitab Kejadian dan Kitab Keluaran.
Pada setia berdoa, nama Muria selalu disebut umat yahudi. Mereka memandang Gunung Muria di Jawa tengah – Indonesia (Nusantara) merupakan tempat sakral yang memiliki kandungan spiritual “pusat kekuatan” bumi.
Dalam Kitab Critias yang dituliskan oleh Plato daratan Le Muria yang digambarkan secara terperinci adalah lereng Gunung Muria (Le Muria = Lereng Muria), yang sebagian daratan sekarang terendam menjadi laut Jawa. Bangsa Le Muria adalah Bangsa Lereng Muria yang sekarang ada di Jawa Tengah.
Spirit Gunung Muria di Nusantara yang menjadi salah satu alasan kenapa Bangsa Yahudi begitu sangat menghormati Bangsa Nusantara.
3. Etika Nusantara
Etika Nusantara telah mengilhami banyak hal orang Yahudi. Karena leluhur mereka dari Nusantara, sehingga mereka sangat paham dengan budaya sopan santun dan tata krama yang dimiliki Bangsa Nusantara.
Etika, sopan santun, dan tata krama sendiri dari Bangsa Sunda (Nusantara). Karena dahulu kala Sunda bukanlah etnis/suku/ras manusia yang tinggal di Jawa Barat. Sunda adalah agama yang tertua, dan mungkin juga yang pertama di dunia. Yang mengajarkan kepada segala bangsa tentang cinta kasih dan terimakasih sebagai inti dari ajaran Sunda. Kehormatan dan penghormatan. Budhi bahasa dan budhi dharma. Tata-krama (sopan santun) dan tata dharma (bakti). Kenegaraan dan kebangsaan. Kebudayaan dan jati-diri.
Ajaran Sunda telah membentuk kelembutan sikap sopan santun dan prilaku berbudhi pada setiap Bangsa Nusantara, Indonesia, khususnya.
Sunda telah mengajarkan untuk berterimakasih kepada segala yang telah memberi kehidupan. Oleh karena itu Sembah-Hyang dilakukan dalam upacara Bende-Ra (panji Matahari). Untuk menghormati lambang Negeri Matahari, dan Sang Guru Hyang (Sunda).
Ajaran (agama) Sunda yang telah membangun kebudayaan dunia itu kini sudah dilupakan. Bahkan agama Sunda sudah tidak diakui oleh para ahli warisnya; putra putri ibu pertiwi. Ia terusir dari tanah kelahirannya. Tersingkir dari negerinya sendiri. Tertindas oleh agama baru yang datang dari negeri lain, yang tak lain adalah “adik bungsu” dari peradaban tua yang pernah ada di Nusantara. Namun ajaran para leluhur Nusantara itu masih tersisa pada diri sebagian bangsa Indonesia, dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari hingga saat ini yaitu; sopan santun.
Semua ajaran Sunda (Nusantara) inilah yang begitu dihormati oleh Yahudi. Mereka mempelajari, mengikuti, dan melaksanakan falsafah Etika Nusantara secara baik sebagai way of life. Dan kekuatan Bangsa Nusantara inilah yang dicoba diacak-acak oleh barat melalui konsfirasi global dengan memasukkan berbagai budaya yang bisa melemahkan tatanan etika Nusantara.
4. Sejarah
Orang –orang Yahudi yang sangat taat pada agamanya, dan orang-orang Yahudi memiliki kecerdasan berpikir dengan gigih belajar, sangat mengetahui secara persis tempat asal manusia tertua di muka bumi ini berasal dari Nusantara. Bukan di kawasan lain sebagaimana yang selama ini selalu dikatakan dan didongengkan. Bahkan database tentang peradaban dunia sejak zaman purba sampai akhir masa ada di tangan mereka. Mereka menggali dan mengkajinya melalui the Power of Nusantara Institute.
Fosil manusia purba berusia jutaan tahun bernama Pethecantropus eractus Javanicus berada di Sangiran Ngawi – Jawa Timur. Fosil tersebut adalah bukti sejarah yang tidak bisa terbantahkan. Dan Yahudi pun sangat hafal, kalau peradaban yang agung itu bersumber dari Nusantara ini. Karena secara sosiogeografis, Nusantara merupakan “Mikro Bumi”. Denyut nadi kehidupan Planet Bumi digerakkan dari Bumi Nusantara. Manusia Nusantara merupakan ras tua yang memiliki agama sendiri, huruf sendiri, bahasa sendiri, budaya dan adat istiadat sendiri. Bangsa Yahudi sangat bangga memiliki leluhur Bangsa Nusantara (Le Muria). Karena itulah, mereka adalah satu-satunya bangsa di dunia yang tidak mau mengakui sistem kalender Masehi ciptaan Imperium Romawi. Di negara Israel tidak pernah ada perayaan tahun baru setiap tanggal 1 Januari. Bila ada warga Israel yang merayakan tahun baru 1 Januari, mereka akan langsung ditangkap oleh aparat setempat.
Bangsa Yahudi justru menerapkan sistem kalender jauh lebih tua dari yang ada, yaitu dimulai dari eranya Nabi Nuh.
Siapakah Nuh yang keberadaannya menjadi patokan Bangsa Yahudi? Nuh adalah manusia pilihan yang diselamatkan Tuhan melalui bahtera yang dibuatnya. Menurut penelitian pakar Yahudi, lokasi pembuatan sampai terdamparnya kapal Nabi Nuh berada di kawasan Nusantara. Berdasarkan temuan ilmiah, kapal Nabi Nuh terbut dari “kayu jati”. Satu-satunya kawasan yang memiliki pohon jati berada di tanah Nusantara. Di Asia Barat (Timur Tengah dalam versi Eropa), tidak pernah tumbuh pohon jati, tapi hanya pohon kurma. Selain itu Gunung Nabi, Kabupaten Fak-fak-Papua, terdapat situs batu berbentuk kapal, yang mungkin bekas kapal Nabi Nuh. Dan kisah banjirnya Nabi Nuh pun sangat sejalan dengan tenggelamnya Nusantara di masa silam.
5. Siklus Kepemimpinan
Semua memang ada masanya, itulah siklus alam yang telah ditentukan oleh Tuhan. Setelah kepemimpinan dunia dipegang oleh Yahudi, berdasarkan analisis prediksi dan perhitungan siklus alam oleh para cendikiawan dan utamanya Kaum Yahudi di seluruh dunia, setelah era kejayaan Yahudi berkahir, estapet kepemimpinan dimandatkan kembali oleh Tuhan kepada Bangsa Nusantara. Kejayaan ras Romawi, ras Arya, ras Hindustan, ras China, ras Mongoloid, ras Persia, ras Turki, sudah menjadi bagian sejarah masa lalu. Masa depan dunia akan berada di kawasan Nusantara. Namun para petinggi dunia dengan segala macam cara akan berusaha melakukan konspirasi global untuk menghancurkan siklus alam yang akan terjadi ini.
Berbagai penemuan dari jejak masa lalu di Bumi Nusantara ini adalah salah satu pintu gerbang untuk Nusantara mengambil kembali kejayaannya di masa silam. Peninggalan sejarah adalah fakta riil. Dan tugas serta tanggung jawab para pewaris Nusantara inilah yang harus secara serius menggali kebesaran sejarah masa silam, untuk modal kejayaan di masa yang akan datang. Bangsa Nusantara harus percaya pada diri sendiri. Tidak perlu percaya dan mengandalkan dan menggunakan refrensi “ilmuan asing” yang selama ribuan tahun membawa “misi politik” untuk melemahkan kebesaran Nusantara. Dunia sudah mengakuinya, seorang Barak Obama, pemimpin negara adi daya itu besar dan ditempa di Bumi Nusantara.
Saat ini, setelah para pemimpin dunia mengetahui bahwa siklus kepemimpinan akan kembali berkiblat ke Nusantara, mereka bersikap ambivalen. Satu sisi berusaha menghentikan “siklus alam” dengan cara melemahkan mentalitas bangsa Nusantara. Pada sisi lain mereka menyadari, tidak ada satu kekuatan mana pun yang mampu menghentikan roda berputarnya alam. Bila alam sudah berkehendak, semua pasti terjadi. Bila bunga sudah waktunya “mekar”, tidak akan ada yang bisa meredupkannya kembali. Bunga itu pasti akan mekar dan terus mekar, sampai alam sendiri yang menentukan batas mekarnya.
Kelima faktor tersebutlah yang menjadi alasan kuat kenapa bangsa Yahudi begitu takut dan menghormati Bangsa Nusantara. Padahal Yahudi dikenal sebagai bangsa yang paling keras kepala, tidak mau merendah kepada siapa pun. Bangsa Yahudi juga dikenal sebagai orang yang “super tauhid’. Mereka meyakini Tuhan Semesta Alam hanya satu (tauhid). Setiap berdoa, kata pembuka doa mereka adalah ; “Hai Bani Israel, Tuhan yang kita sembah adalah satu...” lalu doa ditutup dengan kalimat; “...di Bukit Moria, kita bertemu.”
Entah, kapan siklus alam ini dapat direalisasikan. Tentu semuanya tergantung kemauan dari Bangsa Nusantara itu sendiri. Kitalah yang harus berbuat lebih banyak. Yang harus dapat membuktikan kepada dunia, akan peradaban agung yang pernah kita miliki, dan kini akan bangkit kembali. Siklus kepemimpinan dunia sudah menanti Nusantara.*** (Putra Gara)
Sumber : http://www.kompasiana.com/rana/siklus-kepemimpinan-bangsa-bangsa_551b7030a33311aa28b65925
Tidak ada komentar:
Posting Komentar