ELVIPS.COM - Oleh : Herri Mulyono, Dosen FKIP UHAMKA Jakarta, kandidat doktor bidang pendidikan di The University of York, UK
Era pembelajaran digital akan segera dimulai. Tidak lama lagi guru dan siswa di sekolah Tanah Air akan menggunakan buku-buku elektronik yang disajikan dalam sebuah perangkat keras bernama tablet.
Dalam statistik, Indonesia merupakan negara nomor 5 pengguna telepon pintar terbesar di dunia, dengan jumlah kurang lebih 83 juta jiwa. Jumlah ini menurut techinasia diperkirakan 14 persen dari total penduduk di Indonesia. Tingginya pengguna telepon pintar dengan aplikasi yang mirip dengan tablet merupakan salah satu indikasi masyarakat melek teknologi digital dan merupakan potensi besar bagi guru dan siswa di Tanah Air dalam mengusung pembelajaran digital di sekolah.
Seperti ditegaskan oleh Mendikbud Anies Bawesdan, pemerintah bertekad mengganti buku-buku pembelajaran dengan format digital yang lebih efektif secara distribusi maupun biaya. Namun sayang, bila dengan kemampuan tablet sebagai perangkat TIK (teknologi informasi dan komunikasi) yang canggih hanya digunakan untuk memfasilitasi siswa membaca buku elektronik. Terlebih, pemerintah sudah mendapat dukungan PT Telkom sebagai penyedia layanan internet.
Hasil penelitian oleh UNICEF tahun lalu menyatakan bahwa 30 juta pengguna internet adalah anak dan remaja Indonesia. Dengan dukungan PT Telkom akses internet melalui tablet dapat digunakan untuk menunjang aktivitas pembelajaran di kelas.
Dalam banyak literatur disebutkan bahwa integrasi teknologi dalam kegiatan belajar mengajar berdampak positif tidak hanya pada hasil belajar siswa, tetapi juga pada motivasi dan tingkat kepercayaan diri siswa dalam proses pembelajaran.
TIK dalam pembelajaran juga mencakup penggunaan tablet sebagai media dan sumber pembelajaran. Perangkat tablet memungkinkan format buku elektronik dengan dukungan image, audio dan video, sehingga materi pembelajaran menjadi menarik serta dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
Setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan tablet, guna mendukung pembelajaran digital di sekolah. Pertama, belajar dari pengalaman. Sebenarnya, penggunaan tablet untuk membaca buku elektronik bukanlah hal yang baru di dunia pendidikan Tanah Air.
Pada 2008 lalu, Departemen Pendidikan Nasional (sekarang Kemdikbud) mengeluarkan buku sekolah elektronik (BSE). Untuk mendukung program buku elektronik tersebut, pemerintah memberikan sarana pendukungnya yaitu e-book reader (perangkat keras untuk membaca buku elektronik) ke sekolah. Sayangnya, kualitas e-book reader yang dibagikan oleh pemerintah berkualitas rendah, sehingga untuk membaca konten buku elektronik diperlukan waktu loading yang cukup lama. Oleh karena itu, dibandingkan dengan buku konvensional sangat tidak efektif.
Jumlah perangkat e-book reader yang diterima oleh sekolah juga masih sangat terbatas, sehingga tidak mencukupi kebutuhan siswa. Pada akhirnya sekolah harus mencetak buku elektronik tersebut dalam format kertas dengan dukungan dana dari pemerintah. Masalah lainnya adalah terkait dengan penggunaan dan perawatan.
Kemampuan guru dan siswa dalam menggunakan perangkat TIK di sekolah tidak sebanding dengan kemampuan merawat perangkat teknologi tersebut. Bahkan banyak sekolah yang tidak memiliki pegawai dengan kemampuan khusus merawat dan memperbaiki perangkat TIK. Akibatnya, banyak perangkat TIK di sekolah yang rusak karena minim perawatan. Jika pemerintah serius dengan tekad pembelajaran digital, maka perangkat TIK yang dibagikan ke sekolah harus benar-benar dengan kualitas yang baik, serta mendukung sekolah dengan dana dan bimbingan perawatan perangkat TIK.
Kedua, pendidikan literasi digital. Membawa tablet ke dalam proses pembelajaran, tentunya harus diiringi dengan pendidikan literasi digital supaya teknologi canggih tersebut dapat digunakan secara efektif, khususnya dalam meningkatkan hasil pembelajaran di sekolah.
Menurut Rubble dan Bailey (2007), literasi digital diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk menggunakan teknologi digital dan tahu kapan dan bagaimana menggunakannya. Di sekolah, pendidikan literasi digital harus mencakup dua hal yaitu pendidikan literasi informasi dan literasi media informasi. Jika siswa tidak dibekali dengan pengetahuan tentang informasi dan media ini, maka budaya aktivitas digital yang bijak tidak akan terbentuk, dan pada akhirnya berdampak negatif terhadap penggunaan perangkat TIK di kelas pembelajaran.
Di negara-negara maju, pendidikan literasi terintegrasi dengan kurikulum sekolah sebagai penyeimbang penggunaan teknologi pembelajaran di kelas. Contoh saja Skotlandia, pendidikan tentang literasi digital dimulai dari pengenalan beragam bentuk informasi dan bagaimana menyaring informasi tersebut. Di sekolah-sekolah Skotlandia siswa juga diajarkan bagaimana menggunakan internet secara bijak, bagaimana mengevaluasi informasi yang disajikan, serta dibimbing bagaimana menyeimbangkan aktivitas di dunia maya dan di kehidupan nyata sehari-hari.
Ketiga, kesiapan guru. Penggunaan perangkat teknologi canggih di kelas pembelajaran tentunya harus dengan kesiapan guru yang baik. Guru yang siap dengan sikap terbuka menggunakan TIK akan berpengaruh positif terhadap aktivitas pembelajaran. Kesiapan guru bukan hanya ditunjukkan oleh seberapa mampu guru menggunakan TIK, tetapi juga tingkat pengetahuan guru tentang teknologi, pedagogi dan materi pembelajaran.
Dalam banyak literatur, pengetahuan guru tentang tiga aspek teknologi, pedagogi dan materi pelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran berbasis TIK, sehingga pembelajaran tersebut dapat bermakna. Melalui pengetahuan ini guru tahu jenis teknologi yang tepat untuk memfasilitasi sebuah topik pembelajaran serta capaian yang akan diperoleh melalui dukungan teknologi tersebut.
Selain itu, guru juga mampu dalam melakukan kontrol penggunaan TIK oleh siswa selama proses pembelajaran, sehingga kegiatan yang tidak terkait dengan aktivitas belajar siswa dapat dihindari. Untuk mendukung kesiapan guru ini pemerintah harus memberikan bimbingan kepada guru dalam menggunakan perangkat TIK, selama pembelajaran melalui program pelatihan yang berkesinambungan dan tepat sasaran. Jika guru telah memilik kemampuan dan pengetahuan TIK yang memadai, maka guru dapat memainkan perannya dalam menyukseskan program pemerintah tentang pembelajaran digital di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar