ELVIPS.COM - Demonstrasi 20 Mei 2015 yang bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasionaldigelar oleh berbagai elemen mahasiswa. Mereka mengeluarkan beragam tuntutan untuk presiden Jokowi. Misalnya PPRI (Pusat Perlawanan Rakyat Indonesia) yang meminta Jokowi lebih pro rakyat. Sementara, BEM SI (Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia) meminta pencabutan mekanisme penentuan harga BBM yang mengikuti pasar bebas.
PPRI menyatakan, tidak ada agenda tuntutan melengserkan Jokowi dalam aksi pada Rabu (20/5) siang. Ini terjadi karena, siapa pun presidennya, kondisi akan sama saja jika kebijakan yang diterapkan masih pro terhadap pasar bebas dan menerapkan praktik neoliberalisme. PRRI lebih memfouskan pada 10 tuntutan untuk mengembalikan kekuasaan sepenuhnya di tangan rakyat, bukan di tangan elite.\
Adapun 10 tuntutan tersebut, seperti dikutip oleh CNN Indonesia adalah, (1) Tangkap, adili, penjarakan, dan sita harta koruptor; (2) nasionalisasi industri asing; (3) hapuskan utang luar negeri; (4) hapuskan sistem kerja kontrak dan outsourcing; (5) kenaikan upah 50 persen.
Selain itu ada pula tuntutan (6) subsidi sosial untuk rakyat; (7) hentikan penggusuran, (8) hentikan kriminalisasi terhadap KPK, (9), hentikan moratorium buruh migran; dan (10) pentingnya pengadaan tanah, modal, teknologi modern, serta pupuk murah untuk pertanian kolektif.
Sementara itu, BEM SI menyatakan tidak akan turun dalam unjuk rasa hari ini. Meskipun demikian, demonstrasi tetap digelar pada Kamis (21/5) sesuai dengan momentum reformasi. BEM SI sendiri tetap menyuarakan sikap penentangan atas penentuan harga BBM yang diserahkan pada pasar bebas.
“Jokowi mengingkari dengan meneken Perpres 191 tahun 2014 Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM,” ucap Presiden BEM SI Ahmad Hairudin Syam seperti dikutipKompas.
Istana Negara Dikepung Mahasiswa
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) dilakukan dengan aksi demonstrasi oleh berbagai elemen mahasiswa di Istana Negara.Pantauan Okezone di lokasi, Jalan Medan Merdeka Utara ditutup total untuk kedua arahnya. Sementara jalan lainnya terpantau padat lantaran adanya demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa.
Penutupan jalan dilakukan di persimpangan Jalan Medan Merdeka Timur yang mengarah ke Istana. Sementara kendaraan yang melintas diarahkan untuk lurus ke Jalan Veteran. Penutupan juga dilakukan di Jalan Majapahit yang mengarah ke Istana. Kendaraan yang melintas diarahkan ke Jalan Abdul Muis.
Aksi ini terfokus di dua titik. Lebih dari 700 mahasiswa beraksi di depan Istana Negara. Dalam orasinya para mahasiswa meminta untuk turun dari jabatannya. Massa juga sempat membakar ban di tengah jalan. Namun, polisi dengan sigap segera meminta mereka memadamkan api agar tak menimbulkan kericuhan. "Kami kecewa dengan pemerintahan Jokowi-JK," kata salah seorang orator di depan Istana Negara, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (20/5/2015).
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Hendro Pandowo mengatakan, pihaknya mengerahkan 2.500 personel kepolisian dari Polda Metro Jaya, Polres Jakarta Pusat dan Polsek Gambir. Kawasan di depan Istana juga dikelilingi kawat berduri.
Sementara itu menurutnya, ada 15 kelompok yang telah meminta izin untuk menggelar aksi dalam rangka peringatan Harkitnas ini. Jika dijumlahkan, diperkirakan massa mencapai seribuan orang. "Mereka tidak hanya mahasiswa, ada buruh juga. Aksinya juga tidak hanya dalam rangka Harkitnas. Ada yang demo kepada perusahaan mereka menolak PHK," tutur Hendro.
Sementara Kanit Lantas Gambir, Kompol Mukidi, meminta seluruh masyarakat dapat menghormati aspirasi yang disampaikan oleh mahasiswa. "Sementara arus lalu linta dari Harmoni dialihkan ke Jalan Abdul Muis dan dari Gambir diarahkan ke Jalan Veteran," tukasnya.
Massa Demonstrasi 20 Mei Tak Terbawa Isu Lengserkan Jokowi
Mahasiswa yang tergabung dalam kelompok cipayung bandung melakukan aksi teatrikal saat unjuk rasa terkait Konferensi Asia Afrika (KAA) di depan Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, Selasa (21/4). (Antara Foto/Hafidz Mubarak A)
Mahasiswa dan pemuda dari sejumlah organisasi memastikan turun ke jalan untuk melakukan aksi demonstrasi hari ini, Rabu (20/5), bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Aktivis Pusat Perlawanan Rakyat Indonesia (PPRI) Surya Anta mengatakan, kader organisasinya tidak akan terbawa isu kepentingan politik yang akan melengserkan Presiden Joko Widodo.
"Kami tidak setuju ada gerakan yang sekadar menjatuhkan Jokowi tapi di sisi lain menjadikan Prabowo (Subianto) atau JK (Wakil Presiden Jusuf Kalla) sebagai alternatif," kata Surya ketika dihubungi CNN Indonesia.
Bagi PPRI, tidak akan ada bedanya pemerintah dikuasai Jokowi maupun Prabowo dan JK selama kebijakan yang diterbitkan masih pro terhadap pasar bebas dan menerapkan neoliberalisme. Untuk itu, PPRI bersama sejumlah elemen pemuda dan mahasiswa lainnya memastikan poin melengserkan Jokowi tidak ada dalam 10 daftar tuntutan mereka saat aksi siang ini.
"Melihat momentum isu melengserkan Jokowi maupunreshuffle, kami merasa berkepentingan untuk mengembalikan kebangkitan kekuasaan di tangan rakyat, bukan di tangan elite," tutur Surya.
Berdasarkan siaran pers yang diterima CNN Indonesia, PPRI memiliki 10 tuntutan yang akan disampaikan dalam demonstrasi di Istana Negara, Jakarta, hari ini. Tuntutan tersebut yaitu tangkap, adili, penjarakan, dan sita harta koruptor; nasionalisasi industri asing; hapuskan utang luar negeri; hapuskan sistem kerja kontrak dan outsourcing; dan mendesak kenaikan upah 50 persen.
Tuntutan lainnya adalah subsidi sosial untuk rakyat; hentikan penggusuran, hentikan kriminalisasi terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK); hentikan moratorium buruh migran; dan tanah, modal, teknologi modern, serta pupuk murah untuk pertanian kolektif.
Massa PPRI yang akan turun ke jalan sebanyak 200 orang. Namun jumlah itu bakal bertambah karena ada Aliansi Jawa Barat (Aljabar) yang juga bergabung dalam aksi sebanyak 5 ribu orang.
Diberitakan sebelumnya, Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) juga tidak akan terbawa isu untuk melengserkan Jokowi. Dalam tuntutannya, 700 kader HMI yang akan berdemonstrasi di depan Istana Negara itu mendesak tiga hal yaitu stabilitas politik nasional, stabilitas hukum, dan mendesak keterlibatan dan kebangkitan pemuda dalam seluruh agenda strategis nasional.
Mimbar Bebas Mahasiswa
Tak hanya menggelar aksi demonstrasi di depan Istana Negara, organisasi pemuda lainnya hari ini juga akan menghelat mimbar bebas di jalan utama di Jakarta. Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) bakal menggunakan satu ruas jalan di kawasan Rasuna Said untuk menggelar mimbar bebas bertema "Bangkit, Bangga Jadi Pemuda Indonesia".
Kepada CNN Indonesia, Pengurus Harian Dewan Pimpinan Pusat KNPI Adam Irham mengatakan, ada tiga poin penting yang akan disampaikan dalam mimbar bebas tersebut. "Mendesak pemerintah merealisasikan janji kampanye, menghilangkan politik balas jasa pemerintah dengan tim suksesnya, dan isu pemberdayaan pemuda," ujar Adam.
Dalam mimbar bebas itu juga akan dilakukan orasi politik, orasi budaya, dan orasi kebangsaan. Sebanyak 300-400 anggota KNPI diperkirakan akan memenuhi jalan tepat di depan kantor pusat KNPI.
Diberitakan sebelumnya, kepolisian memerkirakan massa aksi demonstrasi hari ini sebanyak 4 ribu orang. Mereka akan melakukan aksi di sejumlah titik utama yaitu Istana Negara, Gedung DPR/MPR, Gedung Mahkamah Agung, dan Kantor Kementerian Dalam Negeri. Massa diperkirakan mulai memenuhi ruas jalan ibu kota pukul 12.00 WIB. Sebanyak 7 ribu hingga 8 ribu personel kepolisian sudah disiagakan untuk menjaga aksi unjuk rasa hari ini.
"Kami tidak setuju ada gerakan yang sekadar menjatuhkan Jokowi tapi di sisi lain menjadikan Prabowo (Subianto) atau JK (Wakil Presiden Jusuf Kalla) sebagai alternatif," kata Surya ketika dihubungi CNN Indonesia.
Bagi PPRI, tidak akan ada bedanya pemerintah dikuasai Jokowi maupun Prabowo dan JK selama kebijakan yang diterbitkan masih pro terhadap pasar bebas dan menerapkan neoliberalisme. Untuk itu, PPRI bersama sejumlah elemen pemuda dan mahasiswa lainnya memastikan poin melengserkan Jokowi tidak ada dalam 10 daftar tuntutan mereka saat aksi siang ini.
"Melihat momentum isu melengserkan Jokowi maupunreshuffle, kami merasa berkepentingan untuk mengembalikan kebangkitan kekuasaan di tangan rakyat, bukan di tangan elite," tutur Surya.
Berdasarkan siaran pers yang diterima CNN Indonesia, PPRI memiliki 10 tuntutan yang akan disampaikan dalam demonstrasi di Istana Negara, Jakarta, hari ini. Tuntutan tersebut yaitu tangkap, adili, penjarakan, dan sita harta koruptor; nasionalisasi industri asing; hapuskan utang luar negeri; hapuskan sistem kerja kontrak dan outsourcing; dan mendesak kenaikan upah 50 persen.
Tuntutan lainnya adalah subsidi sosial untuk rakyat; hentikan penggusuran, hentikan kriminalisasi terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK); hentikan moratorium buruh migran; dan tanah, modal, teknologi modern, serta pupuk murah untuk pertanian kolektif.
Massa PPRI yang akan turun ke jalan sebanyak 200 orang. Namun jumlah itu bakal bertambah karena ada Aliansi Jawa Barat (Aljabar) yang juga bergabung dalam aksi sebanyak 5 ribu orang.
Diberitakan sebelumnya, Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) juga tidak akan terbawa isu untuk melengserkan Jokowi. Dalam tuntutannya, 700 kader HMI yang akan berdemonstrasi di depan Istana Negara itu mendesak tiga hal yaitu stabilitas politik nasional, stabilitas hukum, dan mendesak keterlibatan dan kebangkitan pemuda dalam seluruh agenda strategis nasional.
Mimbar Bebas Mahasiswa
Tak hanya menggelar aksi demonstrasi di depan Istana Negara, organisasi pemuda lainnya hari ini juga akan menghelat mimbar bebas di jalan utama di Jakarta. Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) bakal menggunakan satu ruas jalan di kawasan Rasuna Said untuk menggelar mimbar bebas bertema "Bangkit, Bangga Jadi Pemuda Indonesia".
Kepada CNN Indonesia, Pengurus Harian Dewan Pimpinan Pusat KNPI Adam Irham mengatakan, ada tiga poin penting yang akan disampaikan dalam mimbar bebas tersebut. "Mendesak pemerintah merealisasikan janji kampanye, menghilangkan politik balas jasa pemerintah dengan tim suksesnya, dan isu pemberdayaan pemuda," ujar Adam.
Dalam mimbar bebas itu juga akan dilakukan orasi politik, orasi budaya, dan orasi kebangsaan. Sebanyak 300-400 anggota KNPI diperkirakan akan memenuhi jalan tepat di depan kantor pusat KNPI.
Diberitakan sebelumnya, kepolisian memerkirakan massa aksi demonstrasi hari ini sebanyak 4 ribu orang. Mereka akan melakukan aksi di sejumlah titik utama yaitu Istana Negara, Gedung DPR/MPR, Gedung Mahkamah Agung, dan Kantor Kementerian Dalam Negeri. Massa diperkirakan mulai memenuhi ruas jalan ibu kota pukul 12.00 WIB. Sebanyak 7 ribu hingga 8 ribu personel kepolisian sudah disiagakan untuk menjaga aksi unjuk rasa hari ini.
Beda dengan BEM, Ini Alasan Koalisi Mahasiswa Demo di Istana Hari Ini
Mahasiswa yang mengatasnamakan koalisi pergerakan mahasiswa Indonesia melakukan aksi di depan Istana Negara. Rabu (20/5/2015).
Berbeda dengan sikap Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) yang menolak melakukan aksi demonstrasi hari ini, sekelompok mahasiswa lain justru turun untuk melakukan unjuk rasa.
Seperti yang terjadi di depan Istana Negara, Jakarta, puluhan elemen mahasiswa mulai berdatangan untuk melakukan aksi. Salah satunya ialah yang mengatasnamakan diri Koalisi Pergerakan Mahasiswa Indonesia (KPMI).
KPMI mengaku memiliki perbedaan sikap dengan BEM. "Kita enggak mengatasnamakan BEM. Kita mengatasnamakan koalisi mahasiswa Indonesia," kata salah satu peserta aksi, Rahmat Moni, di depan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (20/5/2015).
KPMI mengaku menurunkan 60 orang yang terdiri dari mahasiswa sejumlah kampus, yakni Universitas Bung Karno (UBK), Universitas Ibnu Khaldun, dan lain-lain.
Menurut Rahmat, beda sikap dengan BEM soal demo hari ini hanya soal semangat semata. "Ini semangat saja, besok juga kita turun," ujar Rahmat.
Pantauan Kompas.com, sejumlah elemen mahasiswa yang tergabung dalam kelompok lain juga sudah mulai berdatangan ke depan Istana Negara. Masing-masing memiliki "komando" sendiri dalam melakukan aksi.
Beberapa yang disuarakan ialah seputar kritik terhadap pemerintahan Jokowi-JK, masalah BBM, pemerintahan, sumber daya alam, dan juga soal institusi Polri. Saat ini, mahasiswa mulai berkumpul di depan Istana Negara.
Seperti yang terjadi di depan Istana Negara, Jakarta, puluhan elemen mahasiswa mulai berdatangan untuk melakukan aksi. Salah satunya ialah yang mengatasnamakan diri Koalisi Pergerakan Mahasiswa Indonesia (KPMI).
KPMI mengaku memiliki perbedaan sikap dengan BEM. "Kita enggak mengatasnamakan BEM. Kita mengatasnamakan koalisi mahasiswa Indonesia," kata salah satu peserta aksi, Rahmat Moni, di depan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (20/5/2015).
KPMI mengaku menurunkan 60 orang yang terdiri dari mahasiswa sejumlah kampus, yakni Universitas Bung Karno (UBK), Universitas Ibnu Khaldun, dan lain-lain.
Menurut Rahmat, beda sikap dengan BEM soal demo hari ini hanya soal semangat semata. "Ini semangat saja, besok juga kita turun," ujar Rahmat.
Pantauan Kompas.com, sejumlah elemen mahasiswa yang tergabung dalam kelompok lain juga sudah mulai berdatangan ke depan Istana Negara. Masing-masing memiliki "komando" sendiri dalam melakukan aksi.
Beberapa yang disuarakan ialah seputar kritik terhadap pemerintahan Jokowi-JK, masalah BBM, pemerintahan, sumber daya alam, dan juga soal institusi Polri. Saat ini, mahasiswa mulai berkumpul di depan Istana Negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar